Efek Biden, Masa Depan Cerah untuk Komoditas Nikel

Image title
21 Januari 2021, 15:44
joe biden, nikel, pertambangan, minerba, amerika serikat, baterai listrik, mobil listrik
123RF.com/Pop Nukoonrat
Ilustrasi. Kebijakan ramah lingkungan Presiden AS Joe Biden akan dorong pemanfaatan mobil listrik dan komoditas nikel.

Bahkan untuk batu bara, apabila kendaraan listrik berkembang pesat di Indonesia maka kebutuhan listrik akan ikut terdorong. Kemungkinan besar pemakaian batu bara akan semakin banyak karena mayoritas pembangkit listrik saat ini berbahan bakar komoditas tersebut alias PLTU. 

Sama halnya dengan komoditas migas, ia proyeksikan tetap berjalan seperti biasanya. Kebutuhan bahan bakar fosil itu di dalam negeri juga masih cukup besar. "Program pengembangan kilang Pertamina semoga berjalan sesuai dengan target," ucapnya.

PLN Electric Vehicle Charging Station Introduction
Ilustrasi mobil listrik. (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Komoditas Fosil Masih Penting 

Dosen Perbanas Institute sekaligus Direktur Riset Core Piter Abdullah tak yakin terpilihnya Biden akan berpengaruh langsung ke komoditas tambang. Kenaikan harga yang terjadi beberapa pekan terakhir lebih karena faktor permintaan. “Untuk batu bara karena adanya ketegangan Tiongkok dan Australia,” ucapnya. 

Namun, efek Biden akan membawa sentimen positif ke pasar global. Apalagi, Presiden AS itu akan melanjutkan rencana stimulus fiskal yang besar tahun ini memulihkan ekonomi yang dilanda pandemi Covid-19. 

Likuiditas yang berlimpah di global akan mengalir ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Jadi, dampak pelantikan Biden masih bersifat jangka pendek, khususnya terhadap pasar keuangan. Dampaknya ke sektor riil masih menunggu realisasi kebijakan Biden. "Kita tunggu saja," kata dia.

Fokus Biden pada transisi energi masih membutuhkan waktu. “Mesin ekonomi global tidak mudah berubah dalam jangka pendek," ucap Piter.

Pabrik dan pembangkit listrik saat ini mayoritas memakai batu bara. Tidak bisa kondisi ini langsung diganti dengan energi terbarukan dalam hitungan bulan. "Sekarang harga komoditas sedang bergerak naik bukan karena Biden," ucapnya.

Baterai tak serta-merta dapat menggantikan energi lainnya. Direktur Center for Indonesian Resources Strategic Studies (Cirrus) Budi Santoso mengatakan pengisian dayanya akan berasal dari pembangkit listrik, termasuk batu bara.

Kebijakan mobil listrik memang akan mengurangi BBM, tapi di sisi lain akan menambah kebutuhan pembangkit. Pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS tidak bisa menggantikan pembangkit besar, seperti PLTU yang ada saat ini.

Kebijakan Biden yang cenderung environmentalist dan moderat akan berpengaruh ke perdagangan. Perang dagang AS dengan Tiongkok dan negara lainnya tidak akan semasif kepemimpinan Donald Trump. "Emas dan komoditas lain pasti ikut terdongkrak ketika perdagangan berjalan lebih baik," ujar dia.

Vale Indonesia-Divestiture
Ilustrasi nikel.  (ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad)

Pergerakan Harga Komoditas Tambang

Melansir dari data London Mercantile Exchange, harga nikel pada perdagangan hari ini melemah ke US$ 18.055 per ton. Kemarin, angkanya sempat menyentuh level tertinggi dalam sebulan terakhir di US$ 18.075 per ton.

Untuk minyak mentah alias crude, menurut Bloomberg, bergerak tipis. Minyak acuan dunia, Brent, untuk pengiriman Maret turun 0,37% ke US$ 55,87 per barel. Minyak acuan AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman bulan serupa naik 0,49% ke US$ 53,24 per barel.

Perusahaan jasa energi Halliburton Co memprediksi pemulihan industri migas akan terjadi pada kuartal kedua 2021. Organisasi negara pengekspor minyak atau OPEC pun yakin pasar energi akan pulih tahun ini.

Kelompok beranggotakan 13 negara itu memperkirakan permintaan minyak global pada 2021 akan meningkat 5,9 juta barel per hari dibandingkan 2020, menjadi 95,9 juta barel per hari.  Pertumbuhan permintaannya pada 2020 turun 9,8 juta barel per hari dari tahun sebelumnya, menjadi 90 juta barel per hari. 

Untuk 2021, organisasi itu bersama Rusia dan sekutunya alias OPEC+ sepakat menurunkan produksi menjadi 7,2 juta barel per hari. Arab Saudi telah setuju memotongnya 1 juta barel per hari pada Februari sampai Maret untuk mencegah kelebihan stok. 

Terakhir, harga emas dunia cenderung stagnan. Data Bloomberg menunjukkan pergerakan Comex minus 0,01% pada perdagangan siang tadi ke US$ 1.870 per troy ons. Perak Comex naik 0,31% menjadi US$ 25,85 per troy ons. 

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...