Kena Sanksi AS, Venezuela Pakai Mata Uang Kripto untuk Ekspor Minyak
Perusahaan minyak milik negara Venezuela, Petróleos de Venezuela, S.A (PDVSA), berencana untuk meningkatkan penggunaan mata uang kripto untuk mengekspor minyak mentah dan bahan bakar. Hal ini akibat Amerika Serikat (AS) kembali menerapkan sanksi minyak.
Departemen Keuangan AS pekan lalu memberi pelanggan dan suplier PDVSA waktu hingga 31 Mei untuk menghentikan transaksi di bawah izin umum yang tidak diperpanjang karena kurangnya reformasi pemilu.
Langkah ini akan mempersulit negara tersebut untuk meningkatkan produksi dan ekspor minyak karena perusahaan harus menunggu otorisasi AS untuk melakukan bisnis dengan Venezuela.
PDVSA sejak tahun lalu secara perlahan memindahkan penjualan minyak ke USDT, mata uang kripto yang juga dikenal sebagai Tether yang nilainya dipatok ke dolar AS dan dirancang untuk mempertahankan nilai yang stabil.
“Kembalinya sanksi minyak mempercepat peralihan tersebut, sebuah langkah untuk mengurangi risiko pembekuan hasil penjualan di rekening bank asing akibat tindakan tersebut,” kata sumber yang mengetahui masalah ini, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/4).
“Kami memiliki mata uang yang berbeda, sesuai dengan apa yang tercantum dalam kontrak,” kata Menteri Perminyakan Venezuela Pedro Tellechea pekan lalu, seraya menambahkan bahwa dalam beberapa kontrak, mata uang digital mungkin merupakan metode pembayaran yang lebih disukai.
Dolar AS adalah mata uang pilihan untuk transaksi di pasar minyak global. Meskipun pembayaran dalam mata uang kripto mulai bermunculan di beberapa negara, pembayaran dalam mata uang kripto jarang dilakukan.
Tether mengatakan dalam email bahwa pihaknya menghormati daftar entitas yang terkena sanksi oleh Departemen Keuangan AS dan "berkomitmen untuk memastikan alamat yang terkena sanksi segera dibekukan."