Industri Properti Tetap Jadi Andalan di Tengah Lesunya Perekonomian

Dicky Christanto W.D
Oleh Dicky Christanto W.D - Tim Publikasi Katadata
4 Juli 2022, 14:01
Pengendara sepeda motor melintas di dalam kawasan hunian mewah di kawasan Gading Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (4/6/2022). Berdasarkan data Indonesia Property Market Index Q1 2022, indeks harga properti di Indonesia tercatat stabil setelah mengalami p
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Pengendara sepeda motor melintas di dalam kawasan hunian mewah di kawasan Gading Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (4/6/2022). Berdasarkan data Indonesia Property Market Index Q1 2022, indeks harga properti di Indonesia tercatat stabil setelah mengalami pertumbuhan signifikan pada Q2 2021 sebesar 2,29 persen (quarter-to-quarter) dan Q3 2021 sebesar 1,79 persen (quarter-to-quarter).

Pandemi Covid-19 menempatkan industri properti sebagai salah satu sektor usaha yang paling tahan banting.

Sektor ini mengalami pertumbuhan negatif hanya di awal pandemi, atau kuartal I-2020. Setelah itu terus tumbuh dan terbukti menjadi motor pemulihan ekonomi nasional.

Menurut ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah, setelah menunjukkan perannya sebagai salah satu motor kebangkitan ekonomi Indonesia pasca Pandemi, sektor properti juga bisa diandalkan kembali untuk memacu ekonomi domestik.

Industri properti dan turunannya, lanjut Piter, bisa menjadi tumpuan di tengah kekhawatiran resesi dan perlambatan ekonomi global.

 “Harus diakui, sektor properti juga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai PDB,” kata Piter.

Menurut Piter ada 5 faktor yang membuat industri properti berkontribusi terhadap ekonomi nasional. Pertama, padat modal, sektor perumahan merupakan sektor padat modal, mulai dari sisi pembangunan hingga pembiayaan.

Kedua, padat karya karena dibutuhkan sekitar 5 orang pekerja untuk pembangunan satu unit rumah atau 500 ribu pekerja untuk setiap pembangunan 100 ribu unit rumah.

Ketiga, sektor properti mendukung industri produk lokal, karena 90 persen bahan bangunan dalam konstruksi rumah merupakan produk lokal.

Keempat, mendukung penerimaan negara karena dalam setiap rumah yang terjual menghasilkan penerimaan negara dalam bentuk pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan, bea balik nama (BBN), Pajak Bumi dan Bangunan, hingga Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Kelima, sektor properti menghasilkan para wirausaha atau entrepreneur. Hal ini dilihat dari data bahwa lebih dari 7.000 pengembang yang berperan dalam penyediaan rumah di Indonesia.

“Patut dicatat bahwa industri properti berkontribusi terhadap PDB secara langsung diikuti dengan multiplier effect kepada 174 sektor lainnya,” ujarnya.

Multiplier effect atau efek domino dari sektor properti terbagi dalam 3 hal, yakni dari sisi output, income, hingga dampak terhadap pembangunan. Dampak multiplier effect ini berbeda dari setiap bank yang menyalurkan kredit ke sektor properti.

Semakin tinggi multiplier effect, maka semakin tinggi efektivitas penyaluran kredit yang dilakukan.

Seperti kajian yang dilakukan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), dari setiap Rp 1 yang dikeluarkan untuk sektor perumahan akan menciptakan output pada ekonomi sebesar Rp 2,15.

Oleh karena itu, misalkan dilakukan penempatan dana sebesar Rp 20 triliun yang disalurkan untuk sektor perumahan akan berdampak pada peningkatan output ekonomi nasional sebesar Rp 43 triliun.

Berikutnya dari sisi income multiplier, setiap Rp1 yang dikeluarkan untuk sektor perumahan akan menciptakan tambahan penghasilan pada pekerja sektor perumahan sebesar Rp0,76.

Oleh karena itu, jika dilakukan penempatan dana sebesar Rp 20 triliun yang disalurkan untuk sektor perumahan akan berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja pada sektor perumahan sebesar Rp15,2 triliun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...