Harga Beras Cetak Rekor, Biaya Produksi Jauh Lebih Tinggi dari Vietnam

Tia Dwitiani Komalasari
15 Maret 2023, 06:35
Ember untuk beras Bulog tampak kosong saat dipajang di Pasar Naikoten, Kota Kupang, NTT, Jumat (10/3/2023). Sejumlah pedagang dan warga di Kota Kupang mengaku beras dari Bulog yang selama ini dijual dengan harga murah Rp9.950 per kilogram kini sulit didap
ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/rwa.
Ember untuk beras Bulog tampak kosong saat dipajang di Pasar Naikoten, Kota Kupang, NTT, Jumat (10/3/2023). Sejumlah pedagang dan warga di Kota Kupang mengaku beras dari Bulog yang selama ini dijual dengan harga murah Rp9.950 per kilogram kini sulit didapatkan di pasaran karena tingginya peminat.

Harga Fleksibilitas Belum Tentu Efektif Tekan Harga Beras

Faisol mengatakan, pemerintah seharusnya menyelesaikan fokus utama tersebut untuk menekan harga beras. Namun demikian, pemerintah malah memilih mengeluarkan ketentuan felksibilitas harga gabah yang berlaku 11 Maret 202.

Menurut dia, felksibilitas harga gabah belum tentu efektif dalam menstabilkan harga beras. Terlebih, harga gabah kering panen yang ditawarkan oleh pemerintah masih belum cukup kompetitif. 

BPS mencatat, harga gabah kering panen di bulan februari lalu sebesar Rp 5.711 per kg. Sementara dengan fleksibilitas harga, gabah dihargai sebesar Rp 5.000,- di tingkat petani.

"Walaupun bermaksud memberikan jaminan harga, kebijakan ini justru tidak menarik bagi petani," ujarnya.

Faisal mengatakan, kebijakan ini justru memicu adanya pasar gelap dan meningkatkan risiko kelangkaan beras. Di sisi lain pemerintah justru menyebut panjangnya rantai distribusi adalah penyebab tingginya harga beras di Indonesia.

"Kalau begitu pemerintah harus bisa menyederhanakan rantai distribusi yang panjang dulu sebelum menerapkan fleksibilitas," ujarnya.

Untuk di sisi hilir, pemerintah sudah seharusnya lebih responsif terhadap kemungkinan impor beras untuk memenuhi kebutuhan beras domestik dan juga untuk menahan tingginya harga di pasar. Saat ini pemerintah tidak bisa memenuhi jumlah seluruh permintaan beras dengan harga yang terjangkau.

Pada akhirnya petani akan dihadapkan pada pilihan yang terbatas. Nilai HPP yang lebih rendah daripada harga di pasar jelas akan merugikan petani.

"HPP sudah tidak realistis. Petani jelas akan menjual diatas HPP apalagi sekarang banyak masalah terkait produktivitas lahan seperti kekeringan dan cuaca yang tidak diprediksi," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...