Profil Evergrande: Raksasa Properti Cina Bangkrut, Utang Rp 5.144 T

Agustiyanti
30 Januari 2024, 10:06
evergrande, utang evergrande
123rf.com
Utang Evergrande mencapai US$ 325 miliar.

“Dia adalah contoh bagaimana siapa pun bisa menjadi kaya jika Anda cukup pintar dan bekerja cukup keras,” kata Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom Asia-Pasifik di bank investasi Prancis Natixis.

Bagaimana Evergrande Berakhir Bangkrut?

Evergrande yang berkembang pesat mengumpulkan US$9 miliar dalam pencatatan pasar saham Hong Kong pada 2009. Pertumbuhan tersebut kemudian didorong oleh pendekatan “leverage maksimum” yang diterapkan Hui.

Model bisnis Evergrande adalah meminjam sejumlah besar uang dan kemudian secara agresif menjual apartemen yang bahkan belum dibangun. Unit real estat grup tersebut saat ini memiliki lebih dari 1.300 proyek di lebih dari 280 kota di negara tersebut.

Kerajaan bisnis Hui berkembang hingga mencakup lebih dari sekedar properti dan kini mencakup operasi termasuk manajemen kekayaan, pembuatan mobil listrik dan manufaktur makanan dan minuman. Mereka juga memiliki saham mayoritas di tim sepak bola ternama Tiongkok, Guangzhou FC.

Namun, masa-masa jaya Evergrande usai begitu Beijing memperketat aturan di sektor properti. Langkah-langkah baru ini membuat Evergrande menawarkan propertinya dengan diskon besar sebagai upaya untuk mempertahankan bisnisnya. Namun, kini mereka kesulitan membayar utangnya. Krisis ini telah menyebabkan valuasi pasar saham menyusut sebesar 99% dan kekayaan Hui anjlok menjadi $3,2 miliar.

Lilitan utang yang membelit Evergrande sebenarnya sudah menjadi perbincangan sejak beberapa tahun terakhir. Pada 2021, Evergrande memiliki utang senilai US$ 330 miliar. Pada Juli tahun ini, perusahaan melaporkan kerugian gabungan periode 2021 dan 2022 mencapai US$ 81 miliar.

Pengadilan Hong Kong pada Senin (29/1) pun akhirnya memutuskan untuk melikuidasi Evergrande. Mereka mencatat, raksasa Cina ini  tidak mampu membayarkan utang atau kewajibannya yang mencapai lebih dari $325 miliar atau setara Rp 5.144,60 triliun (kurs Rp 15.829/US$).

Kasus Evergrande diajukan oleh salah satu investor yaitu Top Shine Global yang berbasis di Hong Kong, pada Juni 2022 lalu. Mereka menyebut, Evergrande tidak dapat menepati janjinya untuk buyback atau pembelian kembali saham. Namun utang Top Shine hanyalah sebagian kecil dari total utang Evergrande.

Sebagian besar utangnya berasal dari pemberi pinjaman di Cina daratan yang memiliki jalur hukum terbatas untuk meminta dana mereka bisa kembali. Sebaliknya, kreditor asing bebas mengajukan kasus ke pengadilan di luar Cina. Beberapa telah memilih Hong Kong, tempat Evergrande dan pengembang lainnya terdaftar, untuk mengajukan tuntutan hukum.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...