Menimbang Arah Kebijakan Ekonomi dari Pilpres AS: Trump atau Biden?

Pingit Aria
2 November 2020, 11:57
Donald Trump dan Hoe Biden akan memperebutkan kursi presiden dalam Pemilu AS, 3 November 2020.
Richard Villalon/123rf
Donald Trump dan Hoe Biden akan memperebutkan kursi presiden dalam Pemilu AS, 3 November 2020.

Hal senada diungkapkan oleh ekonom dari Insitute for Development of Economic and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira. Menurutnya, perang dagang AS-Tiongkok secara tidak langsung telah menyebabkan ‘guncangan’ bagi Indonesia. Sebab, tensi kedua negara membuat kinerja ekspor impor seluruh dunia ikut merosot.

Posisi Indonesia

Indonesia sebenarnya hanya ada di peringkat ke-50 sebagai mitra dagang terbesar AS. Namun, Indonesia merupakan negara ke-15 yang menyumbang defisit terbesar. Saat AS di bawah Trump melakukan pengetatan impor, perdagangan dengan Indonesia turut dievaluasi. “Artinya Indonesia bisa menjadi target pengenaan hambatan dagang, baik tarif maupun non tarif," kata Bhima.

Bagaimanapun, Bhima menyatakan, Indonesia merupakan negara pasar sekaligus tujuan investasi terbesar di ASEAN. Siapapun presiden yang terpilih, AS tidak akan melepas Indonesia.

Sebab, jika AS melepas kepentingan di Indonesia, maka pasar akan didominasi Tiongkok. "Mereka pasti akan melihat Indonesia sebagai battleground dari kepentingan antara Tiongkok dan negara-negara Barat," kata Bhima.

Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani menyatakan, Amerika merupakan salah satu tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia selain Tiongkok dan Uni Eropa.

Lima produk ekspor andalan Indonesia ke Amerika Serikat adalah produk pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia hingga Agustus 2020 mengalami surplus US$ 6,22 miliar dari AS. Bukan hanya tahun ini, neraca dagang Indonesia selalu surplus neraca dagang Indonesia-AS antara US$ 8-9 miliar per tahun, setidaknya sejak 2015.

Berikut adalah Databoks yang membandingkan kinerja perdagangan Indonesia-AS dan Indonesia-Tiongkok pada September 2020:

 

Selain itu, Shinta juga melihat peluang dari perang dagang AS-Tiongkok. Bea masuk tinggi yang dikenakan AS bagi produk impor dari Tiongkok akan memberatkan investor asing. Kondisi ini akan membuat mereka terpaksa melirik negara lain untuk menjadi basis produksinya. "Kami melihat ini sebagai peluang, kita harus kejar pabrik-pabrik yang relokasi dari Tiongkok," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan setidaknya ada 143 perusahaan yang siap merelokasi investasi pabriknya dari Tiongkok. Perusahaan-perusahaan itu berasal dari Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong dan Tiongkok dengan potensi penyerapan tenaga kerja lebih dari 300 ribu.

Lima hari menjelang pilpres, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berkunjung ke Indonesia, setelah selang beberapa pekan sebelumnya Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengunjungi AS.

Dalam konferensi pers bersama dengan mitranya dari Indonesia, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kedua negara sepakat memperkuat kerja sama. "Kami sepakat bahwa kedua negara dengan skala ekonomi seperti yang kami miliki, bisa melakukan lebih banyak perdagangan. Akan ada lebih banyak investasi di sini dari Amerika Serikat, terutama dalam sektor digital, energi dan infrastruktur," kata Pompeo pada Kamis (29/10).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...