Peluang Bitcoin Tembus Rekor Baru Efek Biden hingga PayPal

Desy Setyowati
9 November 2020, 16:00
resesi, milenial, investor, virus corona, emas, investasi, mata uang kripto, bitcoin, Amerika, cryptocurrency, PayPal, Joe Biden, donald trump, pilpres,
PXHERE.com
Harga Bitcoin melesat di atas Rp 200 juta per koin.

Halving day pertama pada 2012, yakni penambang (miners) hanya bisa menambang 25 bitcoin per 10 menit. Lalu pada 2016 menjadi 12,5 koin. Setahun setelah periode pengurangan pasokan ini, harga bitcoin melesat hingga menyentuh rekor US$ 20 ribu pada Desember 2017.

Pada Mei lalu, halving day ketiga terjadi, sehingga penambang hanya dapat memperoleh 6,25 bitcoin per 10 menit hingga empat tahun ke depan. Business Development Specialist of Indodax Fransiskus Bupu Awa Du’a menjelaskan, ini bertujuan menekan suplai koin.

Proyeksi Harga Bitcoin

Mengacu pada halving day 2012 dan 2016, Fransiskus mencatat kenaikan harga bitcoin mencapai 30-35 kali lipat. Tahun ini, “mungkin 10 kali lipat," ujar dia dalam webinar bertajuk ‘blockchain dan cryptocurrency’, pada Mei lalu (8/5).

Namun, berdasarkan data Coindesk, harga bitcoin naik tipis dari US$ 8.773 akhir April menjadi US$ 9.688 per koin pada Mei atau saat halving day. Kenaikannya hanya sekitar 9,4%.

Meski begitu, harganya melambung dibandingkan titik terendah pada Maret di kisaran US$ 4.900 per koin. Harganya juga mendekati rekor US$ 20 ribu pada Desember 2017.

Pergerakan harga bitcoin
Pergerakan harga bitcoin (Coindesk)

Kepala perdagangan di platform pengembangan blockchain NEM, Nicholas Pelecanos mengatakan, bitcoin menjadi aset yang jauh lebih kuat dibandingkan tiga tahun lalu. “Ini karena sejumlah faktor, termasuk halving, peningkatan adopsi institusional, penggunaan, dan perusahaan publik AS yang menerima cryptocurrency,” ujarnya dikutip dari Forbes, akhir pekan lalu (8/11).

Dengan faktor-faktor tersebut, ia menilai harga bitcoin berpotensi melampaui rekor US$ 20 ribu per koin pada Desember 2017. "Saya tidak akan terkejut, jika harganya mencapai level tertinggi baru tahun ini, atau awal 2021,” kata Nicholas.

Direktur Bitcoin Indonesia William Sutanto menilai, melonjaknya harga menunjukkan bahwa bitcoin merupakan aset yang aman (safe haven). Ia pun memperkirakan peningkatan akan berlanjut hingga tahun depan.

Hal itu karena ada beberapa sentimen, seperti ketidakstabilan politik di AS, serta memanasnya hubungan Tiongkok dan Taiwan. “Juga perusahaan-perusahaan besar yang mulai berinvestasi dan mengintegrasikan bitcoin ke bisnis mereka. Fundamental bitcoin saat ini sangat kuat,” katanya dikutip dari siaran pers, Oktober lalu (22/10).

Ia juga memprediksi, masyarakat Indonesia memanfaatkan momentum ini. Survei GlobalWebIndex menyebutkan sekitar 10% pengguna internet di Indonesia memiliki mata uang kripto pada kuartal II 2019, sebagaimana Databoks berikut:

 

JP Morgan Chase & Co mencatat, investor milenial memilih bitcoin untuk berinvestasi selama pandemi virus corona. Sedangkan investor yang lebih tua berburu emas.

Transaksi emas dan bitcoin terus melonjak selama lima bulan terakhir. “Investor tua dan muda mencermati mata uang ‘alternatif’,” kata para ahli strategi JP Morgan dalam laporannya, dikutip dari Bloomberg, Agustus lalu (6/8).

CEO Indodax Oscar Darmawan pun sependapat dengan hasil laporan tersebut. Ia menilai, investor milenial dan yang lebih tua berusaha mengamankan kekayaan dari resesi ekonomi secara global.

Caranya, dengan membeli bitcoin dan emas. "Saat masa pandemi ini, keduanya (bitcoin dan emas) menunjukkan performa yang fantastis dibandingkan produk investasi lainnya yang melemah karena Covid-19," ujar Oscar dikutip dari siaran pers.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...