Singapura Krisis Talenta Digital, Indonesia Ditopang Raksasa Teknologi

Desy Setyowati
3 Februari 2021, 15:50
Singapura Krisis Talenta Digital, Indonesia Ditopang Raksasa Teknologi
123RF.com/teerapolp24
Ilustrasi

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menentang langkah tersebut. “Kenapa tidak ada upaya serius menarik pulang talenta digital yang berkarya di perusahaan asing di luar negeri? Sebelum buru-buru membuka lebar pintu tenaga kerja asing. Ini logika yang aneh,” kata dia kepada Katadata.co.id, Oktober tahun lalu (15/10/2020).

Selain itu, ia mencatat bahwa ketersediaan lulusan teknologi informatika di Indonesia mencapai 50 ribu hingga 70 ribu per tahun. Ini berasal dari perguruan tinggi, sekolah vokasi dan akademi.

Apalagi, jumlah lulusan universitas di Indonesia terus meningkat. Ini tecermin pada Databoks di bawah ini:

Jika lulusan tersebut tidak terserap, maka berpotensi menambah angka pengangguran di Tanah Air. “Kalau permasalahannya skill missmatch, ini tugas perguruan tinggi dan pemerintah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan industri. Jalan pintas dengan memudahkan pekerja asing masuk masuk tanpa rencana penggunaan dan izin, justru blunder bagi serapan tenaga kerja lokal di startup,” ujar Bima.

Peran Raksasa Teknologi Atasi Defisit Talenta Digital Indonesia

Raksasa teknologi global seperti Huawei, Alibaba, Google hingga induk Shopee, Sea Group gencar menggelar pelatihan di Indonesia. Huawei misalnya, menyediakan 1000 akun Huawei Cloud E-Learning Service bagi 500 perguruan tinggi Indonesia pada akhir pekan lalu (28/1).

Lalu, meresmikan Huawei ASEAN Academy di area seluas dua hektare di Jakarta. Ini menjadi pusat pelatihan dan sertifikasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi, yang diklaim terbesar dan terlengkap dibanding Huawei Academy di Asia Pasifik lainnya.

Raksasa teknologi Tiongkok itu juga bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melatih 400 lebih pegawai pada akhir tahun lalu. Ini meliputi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), komputasi awan (cloud computing), 5G, dan maha data (big data).

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) juga menggaet Huawei untuk menerapkan AI di Nusantara pada April lalu. Ini seiring dengan upaya kementerian membuat strategi nasional AI.

Director ICT Strategy Huawei Indonesia Mohamad Rosidi mengatakan, berbagi pengetahuan terkait teknologi merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menggarap pasar di Indonesia. “Kami menggelar road show supaya masyarakat memahami penggunaan 5G secara sesuai dan benefit-nya," kata dia saat konferensi pers virtual, bulan lalu (14/1).

Google juga melatih 12 ribu talenta digital di Indonesia sejak Juni 2020 melalui program Juara Google Cloud Platform (GCP). Selain itu, terlibat dalam program digital up-skilling dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yaitu Digital Talent Scholarship.

"Kami latih hingga 1.000 orang (lewat Digital Talent Scholarship)," kata Country Director Google Cloud Indonesia Megawaty Khie pada November tahun lalu (18/11/2020).

Perusahaan teknologi AS itu pun menyediakan 150 ribu laboratorium untuk pelatihan terkait cloud. Ini dilakukan setelah Google meluncurkan pusat data (data center) cloud di Jakarta pada pertengahan tahun lalu (24/6/2020).

Alibaba Cloud juga menggelar Digital Talent Training Program yang diikuti oleh 20 ribu peserta di Indonesia. Anak usaha Alibaba ini membuka kemitraan dengan universitas, inkubator, maupun lembaga swadaya masyarakat untuk memperbanyak talenta digital.

Startup jumbo Singapura pun gencar memberikan pelatihan di Tanah Air. Induk Shopee, Sea Group bekerja sama dengan enam universitas di Indonesia untuk menggelar program beasiswa. Mahasiswa penerima beasiswa juga berpeluang magang di Shopee, Garena, dan SeaMoney.

Lalu Grab meluncurkan pusat inovasi (tech center) di Jakarta pada November tahun lalu. Selain untuk menggaet 11 juta UMKM hingga 2025, fasilitas ini bertujuan mencetak lebih banyak talenta digital lokal.

Perusahaan global itu gencar memberikan pelatihan di Indonesia, karena pasarnya besar. Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy SEA 2020’, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh 11% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 44 miliar atau Rp 619 triliun pada tahun ini.

Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor
Nilai ekonomi digital di Indonesia dan transaksi per sektor (Google, Temasek, dan Bain and Company: e-Conomy 2020)

Pada 2025, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan US$ 124 miliar. Sedangkan Malaysia US$ 30 miliar.

Jumlah pengguna internet Indonesia juga 196,7 juta per kuartal II 2020, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII). Selain itu, jumlah pengguna ponsel pintar (smartphone) di Tanah Air diperkirakan mencapai 70,1% dari total populasi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...