Luhut Temui Presiden Kongo, Bahas Aliansi Hutan Tropis dan Karbon
Selanjutnya, Presiden Joko Widodo telah berjanji mengirim satu batalyon untuk memperkuat pasukan pemeliharaan perdamaian di DRC. Hal ini menunjukkan dedikasi Indonesia terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Potensi Ekonomi Karbon Indonesia
Indonesia berpotensi mendapatkan tambahan pendapatan hingga ribuan triliun dari nilai ekonomi karbon. Pendapatan ekonomi karbon diperoleh dari perdagangan karbon hutan tropis, mangrove, dan gambut.
Data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hutan hujan tropis ketiga terbesar di dunia dengan luas area 125,9 juta hektare yang dapat menyerap emisi karbon sebesar 25,18 miliar ton.
Sementara, luas area hutan mangrove di Indonesia saat ini mencapai 3,31 juta hektare yang mampu menyerap emisi karbon sekitar 950 ton karbon per hektare atau setara 33 miliar karbon untuk seluruh hutan mangrove di Indonesia.
Indonesia juga memiliki lahan gambut terluas di dunia dengan area 7,5 juta hektare yang mampu menyerap emisi karbon mencapai sekitar 55 miliar ton.
Dari data tersebut, maka total emisi karbon yang mampu diserap Indonesia kurang lebih sebesar 113,18 gigaton. Jika pemerintah Indonesia dapat menjual kredit karbon dengan harga US$ 5 di pasar karbon, maka potensi pendapatan Indonesia mencapai US$ 565,9 miliar.
Alhasil, potensi ekonomi karbon RI yang mencapai Rp 8.000 triliun itu apabila dirincikan yakni dari hutan tropis sebesar Rp 1.780 triliun, hutan mangrove Rp 2.333 triliun, dan lahan gambut Rp 3.888 triliun.