Anak-anak Korea Selatan Gugat Kebijakan Iklim Pemerintah
Pembakaran bahan bakar fosil, dan emisi karbon yang dihasilkan, telah dikaitkan dengan peningkatan suhu. Ekonomi Korea Selatan sangat bergantung pada bahan bakar tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Korea Selatan telah berupaya untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050.
Pemerintah Lambat dalam Menangani Masalah Iklim
Pengacara pemerintah mengatakan kepada pengadilan bahwa pihak berwenang telah melakukan segala upaya untuk mengurangi emisi karbon dan tidak melanggar hak-hak dasar rakyatnya. Mereka menambahkan bahwa pemerintah tidak mendiskriminasi kaum muda, dan mungkin akan ada penyesuaian terhadap target tahunan pengurangan karbon. Namun, beberapa aktivis mengatakan bahwa tanggapan pemerintah tidak memuaskan.
Puluhan anak muda, termasuk Woodpecker yang kini berusia satu tahun, berkumpul di luar pengadilan. Beberapa di antaranya melontarkan kritik terhadap apa yang mereka sebut sebagai kelambanan pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim.
“Pengurangan emisi karbon terus ditunda-tunda seolah-olah ini adalah pekerjaan rumah yang bisa dilakukan nanti. Beban itu akan ditanggung oleh anak-anak kita,” ujar ibu Woodpecker, Lee Donghyun.
Ia mengatakan bahwa anak-anaknya hidup dalam ketakutan. “Karena ada gunung di belakang rumah kami, anak-anak mengatakan bahwa rumah kami bisa tertimpa longsor. Dan siapa yang tahu? Itu bisa saja terjadi,” kata Namkung Sujin.
Tahun lalu, Korea Selatan merevisi turun target 2030 untuk pengurangan gas rumah kaca di sektor industri. Namun, negara ginseng itu tetap mempertahankan target nasional untuk mengurangi emisi sebesar 40% dari tingkat emisi tahun 2018. Pemerintah menggambarkan langkah tersebut sebagai perubahan yang wajar.