Pemerintah Beberkan Alasan PLTS Atap Tak Masuk RUPTL 2021-2030

Image title
5 Oktober 2021, 16:19
plts atap, plts, kementerian esdm, ruptl, pln
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Petugas merawat panel surya yang terpasang di atap Gedung Direktorat Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM), Jakarta, Rabu (24/3/2021).

"Konsumsi batu bara akan berkurang 2,98 juta ton per tahun dan bisa menjadi tambahan untuk ekspor," kata Dadan kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu.

Meski begitu, ia tak menampik pengembangan PLTS atap dengan kapasitas sebesar itu akan berdampak terhadap keuangan PLN, terutama pada sisi pendapatan. Menurut perhitungan, PLN berpotensi kehilangan pendapatan hingga Rp 5,7 triliun per tahun.

Meski demikian, pemerintah mengklaim pada akhirnya PLN akan diuntungkan dengan turunnya biaya pokok penyediaan (BPP) listrik sebesar Rp 12,61/kWh yang dapat mengurangi subsidi dan kompensasi listrik hingga sebesar Rp 3,6 triliun.

Selain itu pengembangan PLTS atap akan mendatangkan potensi investasi Rp 45-63 triliun untuk pembangunan fisik PLTS dan Rp 2,04-4,08 triliun untuk pengadaan kWh ekspor-impor.

"Pembangunan PLTS atap berpotensi menyerap 121.500 orang tenaga kerja. Mendorong green product sektor jasa dan industri, dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 5,4 juta ton setara CO2," katanya.

Adapun Kementerian ESDM hingga Maret 2021 telah membangun 193 unit PLTS atap gedung. Sepanjang 2021-2030 pemerintah juga menargetkan pembangunan PLTS dengan kapasitas sebesar 5,432 megawatt (MW) untuk menurunkan emisi hingga 7,96 juta ton karbondioksida. Simak databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...