ESDM Ungkap Kebocoran Gas H2S di PLTP Dieng karena Malfungsi Peralatan

Muhamad Fajar Riyandanu
17 Maret 2022, 17:19
esdm, panas bumi, pltp
ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Instalasi sumur geothermal atau panas bumi milik PT Geo Dipa Energi di dataran tinggi Dieng Desa Pranten, Bawang, Batang, Jawa Tengah, Senin (13/1/2020).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan kesimpulan sementara penyebab kecelakaan kerja yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Dieng Unit I di Jawa Tengah.

Direktur Jenderal Energi Batu Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi pada Sabtu (12/3) diakibatkan oleh kerusakan pada peralatan Pressure Relief Valve (PRV) di mud pump-1 yang tidak berfungsi.

"Inilah yang menyebabkan paparan H2S kepada para pekerja disekitarnya. Intinya bahwa peralatannya tidak bekerja sesuai dengan speknya. Jadi, ini ada malfungsi dari peralatannya," kata Dadan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR, Kamis (17/3).

PRV merupakan katup warna merah setinggi tiga meter yang secara otomatis akan terbuka jika mendapat tekanan 2800 Psi. Dadan mengatakan bahwa PRV terbuka saat kondisinya masih dibawah batas tekanan tersebut.

Meski begitu, Dadan mengatakan pihaknya masih belum mengetahui secara pasti apakah kejadian itu murni tunggal dari PRV, atau kejadiannya bersamaan dengan tidak bekerja secara sempurna dari katup pengaman yang ada di dalam pipa.

Dadan mengatakan pihaknya akan melakukan pengecekan lebih lanjut terkait penyebab PRV bisa terbuka dan mengeluarkan gas hidrogen sulfida (H2S) yang meracuni sejumlah pekerja.

Kementerian ESDM bekerja sama dengan tenaga ahli dan pihak-pihak tertentu yang bisa melakukan popping test. "Kalau ditanya penyebabnya kenapa ini terjadi karena alatnya tidak berfungsi sesuai dengan speknya," ujar Dadan.

Sampai saat ini, dari hasil investigas yang telah dilakukan, belum diketahui mengapa PRV yang berada di mud pump-1 terbuka secara otomatis. “Kenapa bisa terbuka? Kami belum tahu dan akan bekerja sama dengan para ahli untuk menjawab hal tersebut,” kata Dadan.

Dadan mengakui, hasil investigasi yang dilakukan oleh EBTKE belum maksimal karena di lokasi kejadian sudah terpasang garis polisi yang menghambat proses investigasi.

“Kami mulai melakukan investigasi ke lapangan, dari tanggal 13 Maret dan masih berlanjut sampai saat ini. Di sana sudah di-police line maka harus dengan izin dari kepolisian setempat, dan kami tidak leluasa melakukan investigasi,” ujarnya.

Direktur Utama PT Geo Dipa Energi Riki Ibrahim membenarkan bahwa penyebab dari kecelakaan kerja tersebut berasal dari alat-alat yang tidak bekerja secara semestinya.

Kronologis Kecelakaan

Geo Dipa Energi akan melaksanakan quenching untuk persiapan pembersihan saluran pipa di sumur HCE-28B di Wellpad-28 yang menyempit akibat tumpukan mineral dan kotoran (work over) pada Sabtu 12 Maret 2022 pukul 14.55 WIB.

Adapun quenching merupakan upaya pendinginan yang dilakukan dengan cara memberikan air dingin pada saluran pipa sebelum diturunkan mata bor sebagai pembersih. Kegiatan ini merupakan prosedur dalam work over.

Delapan menit kemudian, pada pukul 15.03 WIB, karena terjadi malfungsi pada PRV. Tim operasional menutup sumur HCE-28 dan mematikan pompa. Mengetahui ada yang tak beres, seorang pekerja di lokasi kemudian mengatur ulang PRV.

Saat itu PRV tiba-tiba terbuka dan mengeluarkan H2S dalam konsentrasi yang tinggi sehingga beberapa pekerja pingsan dan dan mengalami sesak nafas, lalu dievakuasi ke muster point.

“Jam tiga siang katup terbuka secara otomatis yang harusnya baru terbukanya kalau lewat dari terkanan tertentu. langsung ada sirine dan sensor memberitahu kalau ada paparan gas, Kejadiannya sangat singkat” papar Dadan.

Selanjutnya pukul 15.25 WIB, untuk memastikan keselamatan pekerja yang terpapar, sebagian dilarikan ke puskesmas terdekat dan sisanya dirujuk ke RSUD Wonosobo. Seorang pekerja bernama Lilik Marsudi, diperkirakan meninggal saat perjalanan menuju puskesmas.

Geo Dipa selaku operator PLTP menghentikan kegiatan di area Wellpad 28 dan melakukan penanganan terhadap korban. Kecelakaan kerja itu mengakibatkan korban dari pekerja sebanyak satu orang meninggal dunia dan enam orang menjalani perawatan di RSUD Wonosobo.

Direktur Utama Geo Dipa Riki Ibrahim mengatakan bahwa jarak antara lokasi kejadian dengan perumahan warga terdekat kurang lebih 125 meter. Kebocoran gas hanya terjadi pada satu titik area dan tak menyebar ke permukiman warga.

"Akumulasi H2S yang berada di PRV di atas 15 PPM. Korban 9 orang pekerja dari kontraktor kami. Tak ada korban dari masyarakat sekitar,” ujarnya

Pimpinan Komisi VII DPR RI, Bambang Hariyadi, mengkritisi bahwa pihak perusahan kurang mengedepankan aspek pencegahan, terutama terkait tidak adanya fasilitas kesehatan untuk pertolongan pertama di sekitar lokasi kejadian .

“Harus rumuskan tempat fasilitas kesehatan, seperti puskesmas. Itu bisa berdampak pada hubungan masyarakat sekitarnya. Karena ini keselamatan kita bersama apalagi sudah memakan korban,” ujarnya.

Dia menambahkan, investigasi yang dilakukan oleh EBTKE juga harus memeriksa para kontraktor dan sub kontraktor, salah satunya harus melakukan pemeriksaan mendalam kepada PT Fergaco Indonesia yang merupakan sub kontraktor penyedia peralatan dan jasa H2S Safety.

“Selain itu harus audit setiap bulan, rutin. Kejadian seperti alat yang gak berfungsi itu bisa dicegah. Mobil saja ada perbaikan berkala, masa yang kayak gini malah gak ada. Audit perihal peralatan dari Pak Dirjen 3 bulan harus ada,” ujar Politikus Partai Gerindra tersebut.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...