Potret Pasar Saham 2020, IHSG Gagal Tembus 6.000

Image title
30 Desember 2020, 19:01
bursa, bursa saham, saham, pasar modal, ihsg, indeks saham, kaleidoskop saham 2020, pasar modal 2020, kinerja saham 2020, kinerja pasar saham, pasar saham, kinerja ihsg, kinerja ihsg 2020
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Bursa Efek Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen menyebutkan investor retail punya andil besar menciptakan pasar modal domestik tak bergejolak dengan hebat. “Stabilitas dan kekuatan pasar modal Indonesia hanya bisa terwujud jika investor domestik, terutama ritel, bangkit,” kata Hoesen dalam acara Pengembangan Pasar Modal Indonesia di Jakarta, Senin (14/12).

Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia Uriep Budhi Prasetyo mengatakan peningkatan jumlah investor tersebut salah satunya didukung dengan adanya proses digitalisasi di pasar modal. "Khususnya untuk proses pembukaan rekening investasi," katanya dalam konferensi pers, Rabu (30/12).

Menurut Uriep, peran platform financial technology (fintech) juga turut membantu pembukaan rekening investasi di pasar modal. Hal ini didukung dengan data, lebih dari 50% investor memiliki rekening investasi melalui agen penjualan fintech.

Penggunaan platform digital tersebut sejalan dengan karakteristik investor pasar modal yang terus bergerak ke usia muda. Berdasarkan data KSEI per 29 Desember 2020, jumlah investor berusia di bawah 30 tahun dan 30 sampai dengan 40 tahun telah mencapai lebih dari 70%.

Semakin maraknya investor ritel domestik di pasar modal, membuat frekuensi perdagangan semakin ramai. Hal ini tercermin dari rata-rata frekuensi perdagangan harian sepanjang 2020 yang sebanyak 677 ribu kali atau meningkat hingga 44,4% dibandingkan rata-rata tahun lalu sebanyak 469 ribu kali.

Selain itu, tercatat ada peningkatan juga pada rata-rata nilai transaksi harian sepanjang 2020 sebesar 1,2%, menjadi Rp 9,21 triliun dari sebelumnya Rp 9,1 triliun. Sementara, untuk rata-rata volume perdagangan harian selama 2020 hanya sebanyak 11,37 miliar unit saham atau turun 21,7% dari 14,54 miliar unit saham.

Emiten Baru Bursa di Tengah Pandemi Covid-19

Capain Bursa sepanjang 2020 lalu, juga terlihat dari kegiatan penghimpunan dana melalui pencatatan perdana saham baru atau initial public offering (IPO) yang mencapai 51 perusahaan. Meski lebih sedikit dibandingkan tahun lalu 55 perusahaan, IPO tahun ini terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang telah memukul ekonomi.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan jumlah IPO tahun ini berhasil menduduki peringkat ke-6 di dunia. Jumlah ini hanya kalah dari bursa Shanghai yang mencapai 180 IPO, Nasdaq 119 IPO, Shenzhen 115 IPO, Hong Kong 99 IPO, dan Jepang 54 IPO.

Tentunya, jika dibandingkan dengan aktivitas IPO di kawasan Asia Tenggara, Bursa Indonesia menjadi yang paling banyak kedatangan emiten baru. "Di tengah pandemi Covid-19, minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal tidak surut," kata Inarno dalam konferensi pers, Rabu (30/12).

Memang secara jumlah, IPO sepanjang 2020 mampu mendekati capaian pada tahun lalu. Namun, jika dilihat dari nilai emisi perusahaan yang IPO, capaian tahun ini jauh di bawah tahun lalu. Pada 2020, total nilai emisinya hanya Rp 5,97 triliun, sedangkan 2019 lalu mencapai Rp 14,77 triliun.

Sebagai gambaran, tahun ini hanya ada satu perusahaan yang mampu meraup dana lebih dari Rp 1 triliun melalui kegiatan IPO. PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) yang IPO pada 13 Maret 2020, berhasil meraup dana senilai Rp 1,03 triliun dengan melepas 10 miliar saham baru ke publik di harga Rp 103 per saham.

Sementara, pada 2019 terdapat 3 emiten yang meraup dana jumbo dari IPO. Nilai emisi terbesar berasal dari IPO PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) pada 9 Juli 2019 dengan nilai emisi mencapai Rp 4,76 triliun. Meski begitu, aksi korporasi ini bukan melepas saham baru ke publik, melainkan induknya PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang melepas sahamnya ke publik.

Emiten lain yang mampu meraup dana jumbo dari kegiatan IPO adalah PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) yang IPO pada 20 Desember 2019 dengan meraup Rp 1,25 triliun. IPO PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) juga mampu meraup dana jumbo senilai Rp 1,03 triliun pada 19 September 2019.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...