Prospek Harga Saham Bukalapak Tembus Rp1.000, Apa Faktor Pendukungnya?

Image title
9 Desember 2021, 14:35
Prospek Cerah Saham Bukalapak, Apa Saja Faktor Pendukungnya?
Bukalapak
Bukalapak

Ada pula risiko kolaborasi dan sinergi yang tertunda atau lebih kecil dari perkiraan dengan ekosistem Grab. "Terakhir, risiko dari kejutan regulasi negatif yang melibatkan e-commerce dan O2O, seperti perpajakan dan/atau izin usaha," kata Henry.

UBS Securities Asia Limited, dalam riset tertulis, merekomendasikan beli pada saham Bukalapak dengan target harga yang dipatok Rp 1.150 per saham dalam 12 bulan ke depan. Nilai tersebut tumbuh 101,75% dibandingkan harga saham saat riset tersebut dibuat Rp 570 per saham.

Analis UBS Navin Killa mengatakan, UBS merekomendasikan beli pada saham Bukalapak setelah membandingkan beberapa valuasi Bukalapak seperti EV/Penjualan, EV/GMV, dan EV/Laba Kotor dengan beberapa perusahaan e-commerce lain di Asia dan Amerika Serikat untuk menilai Bukalapak.

EV atau Enterprise Value merupakan nilai total dari perusahaan. Perhitungan tersebut dinilai lebih detail dalam menggambarkan nilai perusahaan dibandingkan kapitalisasi pasar yang fluktuatif.

Salah satu valuasi yang digunakan Navin untuk menilai saham Bukalapak pada 2023 dengan menggunakan EV/EBITDA di level 95x. Nilai valuasi tersebut sejalan dengan proyeksi Manajemen Bukalapak yang memasang target EBITDA positif pada 2023.

Meski begitu ada sejumlah risiko bagi Bukalapak yaitu terkait prospek ekonomi makro, risiko peraturan yang berkaitan dengan privasi data, penyimpanan data, komisi pedagang, dan pembayaran. Risiko lain, terkait kebocoran data dan teknologi.

"Mengingat meningkatnya kekhawatiran seputar privasi data dan meningkatnya risiko kebocoran data," kata Navin.

Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer menilai dengan rilisnya laporan keuangan Bukalapak per September 2021, memberikan lebih banyak kejelasan tentang arah bisnis dan strategi pertumbuhan Bukalapak.

"Sangat penting dalam mendukung kepercayaan pasar terhadap Bukalapak, terutama dalam hal saldo kas sebesar Rp 23,63 triliun pasca-IPO," katanya dalam riset tertulis yang dikutip Kamis (9/12).

Seperti diketahui, berkat dana IPO jumbo yang diperoleh, aset Bukalapak melonjak menjadi Rp 25,01 triliun per September 2021. Nilai aset tersebut berasal dari kas dan setara kas yang mencapai Rp 23,63 triliun dari hasil IPO yang belum banyak digunakan.

Berdasarkan analisisnya, dengan harga saat ini, valuasi saham Bukalapak pada 2022 diperdagangkan dengan EV/Penjualan di 9,9x dan EV/Laba Kotor di level 6,1x. Adrian mengatakan, Mandiri Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi beli pada saham Bukalapak.

Mandiri Sekuritas memasang target harga pada saham Bukalapak mencapai Rp 1.400 per saham. Target tersebut tumbuh 156,88% dibandingkan harga saham saat Adrian membuat riset tersebut di harga Rp 545 per saham.

"Kami pikir level ini tidak menuntut, meskipun ketidakpastian tetap ada pada eksekusi peluncuran bisnis baru dan detail tentang potensi merger dan akuisisi," kata Adrian.

Dalam risetnya, Adrian menilai ada sejumlah strategi Bukalapak yang menarik untuk diperhatikan pelaku pasar. Salah satunya, ekspansi untuk bisnis Mitra Bukalapak dengan meluncurkan aplikasi Buka Mitra yang ditargetkan mampu menggandeng 10 juta mitra akhir tahun ini.

Sejumlah pihak yang menjadi sasaran mitra Bukalapak seperti seperti warung, agen pulsa, bengkel, pangkas rambut, dan lainnya. Selain itu, Bukalapak juga menggencarkan kolaborasi dengan ekosistem yang sudah terbentuk. Misalnya, dengan Grab.

Adrian juga optimis pada strategi pertumbuhan anorganik Bukalapak setelah mendapatkan fasilitas pinjaman dari Bank DBS senilai Rp 2 triliun. Bukalapak bisa memanfaatkan peluang anorganik sebelum menggelar RUPSLB pada 23 Desember 2021 untuk meningkatkan fleksibilitas penggunaan dana IPO.

"Bukalapak saat ini mengeksplorasi beberapa potensi untuk mempercepat peluncuran inisiatif baru dibandingkan dengan pembangunan organik," kata Adrian.

Sucor Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi beli pada saham Bukalapak pada target harga Rp 870 per saham, lebih rendah dari target harga sebelumnya. Pemangkasan target harga ini didasarkan pada proyeksi TPV dan laba kotor yang lebih rendah pada 2022.

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy dan Adrianus Bias Prasuryo menyangkan, TPV dari bisnis Marketplace Bukalapak yang hanya tumbuh 9% secara tahunan, bahkan perkuartalan tidak tumbuh. "Padahal, industri pasar e-commerce sedang booming," katanya dalam riset tertulisnya yang dikutip Kamis (9/12).

Secara valuasi, Sucor Sekuritas menilai EV/GMV Bukalapak akan terdiskon 60% dari rata-rata industri sejenis pada 2022. Sementara valuasi EV/ laba kotor, terdiskon 50% dari rata-rata industri sejenis.

"Kami sangat memperhatikan katalis potensial dari inisiatif baru Bukalapak ke depan," kata kedua analis Sucor Sekuritas.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...