Rupiah Dibuka Melemah Rp 14.350 per US$ Tertekan Tapering Off AS

Abdul Azis Said
5 Januari 2022, 09:41
rupiah, dolar as, omicron, tapering off, the fed, amerika
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pegawai menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021).

"Perkembangan inflasi yang masih tinggi di AS mendorong pelaku pasar berekspektasi The Fed sudah akan mulai menaikan suku bunga pada Maret," kata Ariston.

Bulan ini merupakan jadwal The Fed memulai percepatan tapering off. Bank sentral AS ini akan meningkatkan jumlah pengurangan pembelian aset menjadi US$ 30 miliar mulai bulan ini, nilainya naik dua kali lipat dari periode November – Desember 2021.

Dengan percepatan tapering off tersebut, The Fed kemungkinan akan mengakhiri pembelian aset pada Maret - April. Ini memberi ruang bagi The Fed untuk memperepat kenaikan bunga acuan.

Dari dalam negeri, Ariston mengatakan bahwa sentimen pelemahan dipengaruhi kewaspadaan pasar terhadap perkembangan Covid-19. "Ini terutama terhadap penyebaran Omicorn yang mulai meningkat," kata dia.

Pemerintah mencatat, jumlah kasus positif Covid-19 varian Omicron bertambah 92 pada Selasa (4/1). Dengan begitu, totalnya menjadi 254 orang.

Sebanyak 239 di antaranya merupakan pelaku perjalanan internasional (imported case), sementara 15 kasus transmisi lokal.

Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto memperkirakan rupiah bergerak melemah ke rentang Rp 14.286-14.345 per dolar AS.

Pelemahan pada nilai tukar dipengaruhi sentimen eksternal terutama terkait rencana pengetatan moneter sejumlah negara maju, termasuk The Fed. Dari dalam negeri, belum banyak sentimen positif yang bisa menahan pelemahan.

"Risiko volatilitas nilai tukar negara-negara berkembang cenderung meningkat memasuki tahun 2022 karena rencana tapering off yang dipercepat. Ini terlihat dari imbal hasil US Treasury 10 tahun mengalami kenaikan," kata Rully kepada Katadata.co.id.

Imbal hasil (yield) US Treasury naik dari 1,63% menjadi 1,66% di perdagangan kemarin (4/1). Ini merupakan level tertinggi sejak akhir November 2021.

Rully mengatakan, laporan terbaru data tenaga kerja AS tidak mengurangi kuatnya sentimen tapering off The Fed. Pemerintah sebelumnya melaporkan terdapat 4,53 juta orang yang berhenti dari pekerjaan pada November 2021. Jumlahnya naik 8,9% dari bulan sebelumnya.

Peningkatan jumlah orang yang berhenti kerja tersebut berbanding terbalik dengan jumlah lowongan kerja baru yang hanya naik 10,56 juta. Ini turun dari 11,09 juta pada bulan sebelumnya.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...