BI Tak akan Naikkan Suku Bunga Meski The Fed Masih Kerek Bunga 2 Kali
"Berdasarkan hal itu, kita takar terutama dampak kenaikan suku bunga The Fed ke aliran portofolio asing, sehingga kita rasa tidak perlu pakai jamu suku bunga, cukup dengan stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry.
Istilah 'jamu' tersebut merujuk kepada kebijakan yang ditempuh BI untuk menjaga stabilitas di dalam negeri akibat sikap hawkish The Fed. Menurutnya, jamu yang dimiliki BI bukan hanya suku bunga, tetapi stabilisasi nilai tukar rupiah melalui dua cara, yakni triple intervention alias intervensi tiga lapis serta operasi twist.
Intervensi tiga lapis dilakukan dengan intervensi BI melalui Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, dan penjualan dan pembelian SBN di pasar sekunder. Sementara operasi twist adalah strategi BI menjual SBN jangka pendek untuk mendorong kenaikan imbal hasil atau yield obligasi jangka pendek. Dengan begitu, investor diharapkan tertarik masuk ke dalam negeri.
Seperti diketahui, para pembuat kebijakan The Fed akan mengumumkan keputusan suku bunganya pada Kamis dini hari nanti. Sebagian besar pasar memperkirakan kenaikan suku bunga 25 bps. Akibatnya, nilai tukar negara-negara berkmebang terutama di Asia telah menghadapi peningkatan tekanan dari penguatan dolar AS, termasuk rupiah.
Meski demikian, BI melihat rupiah masih terkendali dan menguat 3,63% secara year-to-date. Kinerja itu lebih baik dibandingkan peso Filipina, rupee India, dan baht Thailand yang juga menguat masing-masing sebesar 1,78%, 1,11%, dan 0,42%.
"Ke depan, dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, BI memperkirakan rupiah akan menguat ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, dan dampak positif dari implementasi PP 36/2023 tentang DHE SDA," kata Perry.