Inflasi Terkendali, Bank Indonesia Diprediksi Kembali Tahan Suku Bunga
Selain itu, siklus kenaikan suku bunga negara maju, termasuk suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR), telah mencapai puncaknya, dan ada kemungkinan akan mulai menurun pada semester II 2024 setelah tetap tinggi pada semester I 2024.
Meskipun imbal hasil obligasi pemerintah negara maju, termasuk US Treasury, mengalami penurunan secara perlahan, namun tetap tinggi sejalan dengan premi risiko jangka panjang terkait pembiayaan fiskal dan utang pemerintah AS.
Namun penguatan nilai tukar dolar AS mulai berkurang terhadap berbagai mata uang dunia, yang mendorong aliran modal asing dan mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar di pasar emerging, termasuk Indonesia.
Perkuat Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Sebelumnya, Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Januari 2024 lalu, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate tetap di level 6%.
Selain itu, suku bunga deposit facility dipertahankan di posisi 5,25%, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75%.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, alasan mempertahankan suku bunga demi memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah serta memastikan inflasi tetap terkendali.
"Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate sebesar 6%, suku bunga deposito facility 5,25% dan juga suku bunga lending facility tetap 6,75%," kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/1).
Melalui kebijakan suku bunga tersebut, Perry berharap, tingkat inflasi nasional tetap terkendali dalam sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024.