Konflik Israel - Iran Bisa Perparah Inflasi dan Pelemahan Rupiah
Untuk itu, Bambang meminta Bank Indonesia (BI) agar segera mengantisipasi dampak suku bunga The Fed dan konflik Iran - Israel, demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Di sisi lain, dia menilai keputusan untuk menaikkan suku bunga BI bukan merupakan langkah yang tepat, mengingat kondisi dolar AS saat ini yang menguat terhadap hampir semua mata uang negara lainnya.
BI Diminta untuk Segera Intervensi Pasar Keuangan
Ekonom dari Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan bauran kebijakan perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak dari konflik Iran dan Israel terhadap nilai tukar rupiah.
"Goncangan di pasar keuangan yang sudah terlihat dari meningkatnya indikator volatilitas dan pelemahan rupiah akan diantisipasi dengan bauran kebijakan intervensi di pasar uang dan menjaga likuiditas valas," kata Reny.
Saat ini, pelaku pasar masih menunggu dan mencermati untuk melihat ada tidaknya dampak langsung dari konflik Iran dan Israel terhadap perekonomian Indonesia. Konflik tersebut tentu menambah volatilitas di global.
Menurut Reny, bauran kebijakan Bank Indonesia perlu diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan terutama di tengah risiko ketidakpastian global.
"Penguatan bauran kebijakan tersebut dilakukan antara lain melalui langkah triple intervention di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pasar obligasi," kata dia.
Kemudian, BI bisa menarik dana asing melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), serta kebijakan suku bunga acuan yang masih dipertahankan pada level yang tinggi.