BI Diprediksi Masih Tahan Suku Bunga 6% Akibat Pelemahan Rupiah

Rahayu Subekti
18 Desember 2024, 10:13
suku bunga
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Gedung Bank Indonesia (BI), Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menilai saat ini tren inflasi masih menunjukkan penurunan. Namun kondisi ini dinilai belum mampu membuat Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate pada hasil Rapat Dewan Gubernur BI siang ini.

Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan laju inflasi melanjutkan tren penurunannya selama delapan bulan terakhir. Bahkan, levelnya mendekati batas bawah target inflasi BI.

Tercatat Inflasi mencapai 1,55% secara tahunan pada November 2024. Tren inflasi yang lebih rendah ini didorong oleh turunnya inflasi bahan makanan, deflasi harga pangan bergejolak akibat efek dasar tinggi (efek high-base) dan melimpahnya pasokan bahan makanan pascamusim panen.

“Angka inflasi yang terus menurun diakibatkan oleh kombinasi dari permasalahan struktural yaitu lemahnya permintaan agregat domestik, efek high-base, dan faktor musiman,” kata Riefky, Rabu (18/12).

Meskipun ada ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan, namun rupiah sedang mengalami tekanan depresiasi yang cukup signifikan. Sehingga kebijakan pemotongan suku bunga dapat memperburuk tekanan tersebut.

“Dengan demikian, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuan 6 % dalam rapat Dewan Gubernur pada Desember ini,” ujar Riefky.

Masih Ada Peluang Penurunan Suku Bunga BI

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede justru melihat peluang pemangkasan suku bunga hingga 25 basis poin pada Desember 2024 karena sinyal penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed makin kuat. Namun proyeksi ini dengan catatan rupiah tidak tembus Rp 16.000 per dolar AS.

Namun ruang pemotongan suku bunga makin menyempit karena pelemahan rupiah didorong oleh penguatan dolar AS. Hal ini terjadi karena bank sentral dunia selain The Fed bersikap cenderung lebih dovish atau longgar dalam kebijakan moneternya. 

Meskipun begitu, Josua masih melihat masih ada peluang untuk penurunan BI-Rate pada bulan ini meski terbatas. Karena perkembangan inflasi dalam negeri yang rendah dan masuknya dana asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada Desember 2024 meski terbilang masih kecil.

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...