Toyota dan Isuzu Jalin Kerjasama Kembangkan Kendaraan Komersil Listrik
Produsen otomotif asal Jepang, Toyota Motors akan bekerja sama dengan Isuzu Motors dalam mengembangkan teknologi mobil listrik dan kendaraan otonom, khususnya untuk kendaraan komersial.
Seperti dilaporkan Nikkei Asia Review, Toyota berencana mengakuisisi 4,6% saham Isuzu senilai 42,8 miliar yen atau sekitar Rp 5,7 triliun (asumsi kurs Rp 133,3/yen), dan Isuzu akan membeli saham Toyota dengan nilai yang sama.
Toyota dan Isuzu pernah menjalin kerja sama cukup erat pada 2006. Ketika itu Toyota menguasai hampir 6% saham Isuzu dan sebaliknya. Kerja sama keduanya waktu itu adalah untuk mengembangkan mesin diesel. Namun pada 2018 Toyota dan Isuzu mengakhiri kerja samanya, dan masing-masing menjual sahamnya.
Kini kemitraan terbaru dua pabrikan otomotif asal Negeri Sakura ini juga melibatkan Hino Motors, anak perusahaan Toyota yang dianggap sebagai saingan Isuzu. Ini demi menggabungkan kekuatan Isuzu dan Hino yang kuat pada segmen kendaraan komersial melalui strategi teknologi CASE Toyota, yakni connected, autonomus, shared, and electric.
Ketiga perusahaan tersebut berencana untuk mengembangkan kendaraan listrik, kendaraan sel bahan bakar, penggerak otonom, dan platform elektronik untuk truk, yang memungkinkan mereka memangkas biaya, mempromosikan infrastruktur ekologi, dan meningkatkan keselamatan lalu lintas.
Jika digabung, Toyota, Hino, dan Isuzu menguasai 80% pangsa pasar kendaraan komersial, khususnya truk, di Jepang. CEO Toyota, Akio Toyoda melihat kerja sama menjadi hal yang sama pentingnya dengan persaingan di industri otomotif.
"Jika Hino dan Isuzu bekerja sama, mereka dapat memenuhi kebutuhan 80% pelanggan kendaraan komersial Jepang. Teknologi CASE Toyota bisa menyelesaikan masalah logistik," kata Toyoda pada konferensi pers, Rabu (24/3) seperti dikutip Nikkei Asia.
Toyoda pun menambahkan bahwa setelah bubarnya kemitraan pada 2018, ia dan CEO Isuzu, Masanori Katayama, mulai berbicara tentang mobil listrik dan elektrifikasi. “Inovasi dalam industri mobil listrik membutuhkan keterlibatan perusahaan logistik,” kata dia.
Ini lantaran sekitar 40% jarak yang ditempuh kendaraan di seluruh dunia setiap tahunnya berasal dari kendaraan komersial yang juga menyumbang sekitar 50% emisi gas rumah kaca atau karbon dioksida (CO2).
Sehingga kerja sama ini dirancang untuk mengurangi emisi dengan membangun infrastruktur hidrogen, dan untuk membantu mengatasi kekurangan pengemudi di Jepang dengan berbagi informasi secara online dan membuat pengiriman lebih efisien.
“Perusahaan harus mengambil inovasi jika kita berharap dapat membangun masyarakat yang lebih baik,” kata Katayama.
Terlepas dari kepemilikan saham bersama mereka, Isuzu, Hino, dan Toyota bersama-sama mendirikan perusahaan bernama Commercial Japan Partnership Technologies Corp. di Tokyo, untuk mempromosikan kemitraan dan merencanakan teknologi dan layanan mereka.
Dengan modal awal 10 juta yen atau sekitar Rp 1,33 miliar, perusahaan baru ini akan dimiliki oleh Toyota sebesar 80%, sedangkan Isuzu dan Hino masing-masing menggenggam 10%.
“Kerangka kerja baru ini merupakan langkah tertentu untuk membantu memecahkan tantangan masyarakat,” kata Yoshio Shimo, presiden Hino.
Sebuah proyek utama dalam kerjasama Toyota-Isuzu-Hino adalah memperkenalkan truk sel bahan bakar dalam model "masyarakat berbasis hidrogen" yang sedang dikembangkan di Prefektur Fukushima, yang dilanda tsunami, gempa bumi, bencana nuklir pada Maret 2011.
Toyoda mengatakan bahwa setiap bulan Maret sejak itu, dia pergi ke timur laut Jepang untuk memperingati tiga bencana tersebut. Tahun ini, dia mengunjungi kota Namie di Fukushima, yang masih terkontaminasi radiasi.
Dia berharap upaya masyarakat hidrogen akan berkontribusi untuk membangun kembali wilayah tersebut. “Kami ingin memudahkan pekerjaan orang dalam mengangkut barang,” kata Toyoda.