Ancaman Resesi Seret Wall Street Turun, Bursa Asia Ikut Rontok

Happy Fajrian
15 Agustus 2019, 12:34
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Tanda-tanda resesi yang mencuat membuat Wall Street anjlok hingga 3% pada penutupan perdagangan Rabu (14/8). Kekhawatiran resesi tersebu
ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Tanda-tanda resesi yang mencuat membuat Wall Street anjlok hingga 3% pada penutupan perdagangan Rabu (14/8). Kekhawatiran resesi tersebut juga menjalar ke bursa Asia yang memerah hari ini.

Perekonomian Amerika Serikat (AS) kembali menebar sinyal resesi yang ditandai dengan inverted yield curve surat utang jangka panjang pemerintah AS. Akibatnya, Wall Street anjlok hingga 3% pada penutupan perdagangan Rabu (14/8) yang kemudian menjalar ke bursa Asia pagi ini, Kamis (15/8).

Fenomena inverted yield curve yaitu ketika imbal hasil (yield) surat utang jangka panjang pemerintah AS turun menjadi lebih rendah dari yield surat utang jangka pendek. Fenomena ini menjadi salah satu tanda awal terjadinya resesi di AS.

Pada perdagangan Rabu kemarin, yield surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun turun hingga menjadi lebih rendah dari yield surat utang bertenor 2 tahun. Sementara itu, surat utang bertenor 30 tahun turun menjadi 1,991% atau lebih rendah dari suku bunga kebijakan the Fed sebesar 2%.

Alhasil Dow Jones ditutup dengan mencatatkan penurunan harian terbesarnya sejak Oktober 2018 lalu, turun 800,49 poin atau 3,05%. Sementara itu Nasdaq tercatat turun 242,42 poin atau 3,02%, dan S&P 500 turun 85,72 poin atau 2,93%.

(Baca: Singapura Terancam Resesi Ekonomi Akibat Perang Dagang)

Kekhawatiran resesi di negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar di dunia ini menular ke bursa Asia. Pagi ini hampir seluruh bursa utama di Asia bergerak lebih rendah. Indeks Strait Times saat berita ini ditulis turun 1,49%, Shanghai turun 0,62%, sedangkan Nikkei anjlok 1,62%.

Indeks Hang Seng pagi ini sempat bergerak di zona hijau. Namun saat ini indeks negara Hong Kong tersebut telah masuk ke zona merah dengan koreksi sebesar 0,10%. Hong Kong sendiri baru mulai kondusif pasca aksi demonstrasi menolak rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang sempat membuat bandara internasional negara tersebut lumpuh karena diduduki demonstran.

Dari dalam negeri, indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi I turun 1,09%% ke level 6.199,22. Bahkan IHSG sempat menyentuh level 6.192,46 atau turun 1,19% tak lama setelah perdagangan dibuka pagi ini.

(Baca: AS Tunda Tarif Baru Untuk Tiongkok, Bursa Asia Menghijau)

Ketidakpastian Perang Dagang AS-Tiongkok

Bursa Asia pun bergerak bak roller coaster yang terutama dipengaruhi oleh perkembangan perang dagang AS-Tiongkok yang berkepanjangan dan melukai perekonomian global. Perundingan dagang AS-Tiongkok pun berkembang penuh dengan ketidakpastian.

Sebelumnya bursa saham Asia dan global sempat anjlok ketika Presiden AS Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif sebesar 10% terhadap sisa impor Tiongkok ke AS yang selama ini belum tersentuh tarif senilai US$ 300 miliar. Tarif tersebut akan mulai berlaku 1 September 2019 mendatang.

"AS, mulai tanggal 1 September, akan menerapkan tarif tambahan sebesar 10% kepada barang dan produk senilai US$ 300 miliar yang diimpor dari China (Tiongkok)," ujar Trump di akun Twitternya, Jumat (2/8).

Dia menambahkan tarif tersebut belum termasuk barang dan produk asal Tiongkok senilai US$ 250 miliar yang sebelumnya telah terkena tarif sebesar 25%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...