Investasi Konversi Energi Besar, tapi Penting Jaga Planet Ini

Gabriel Wahyu Titiyoga
5 Juli 2022, 13:34
Febriany Eddy
Katadata

Ada keperluan dunia menghadapi isu climate change dan harus menurunkan karbon. Makanya penambangan dan pemrosesan nikel juga harus rendah karbon.

Opsi pertama sumber energi yang saat ini sedang dilihat adalah bekerja sama dengan PLN. Tapi kami minta khusus suplai grid dari PLN datang dari energi terbarukan atau setidaknya rendah karbon. Saya pikir PLN terbuka, sudah ada diskusi dan MoU yang ditandatangani. Opsi kedua adalah menggunakan gas alam atau liquefied natural gas (LNG).

Tentu ada studi-studi sumber energi lain seperti tenaga surya. Tapi ini bisa untuk alat tambahan atau pendukung, bukan untuk pabriknya sediri. Karena untuk pabrik itu butuh stabilitas, tidak boleh terganggu suplai listriknya. Tapi kami tetap mempelajari terus karena kami ini ingin mencapai net zero emmision pada 2050.

Berapa investasi untuk proyek smelter di Pomalaa ini?

Masih tahap finalisasi. Tapi untuk 120 ribu ton, biayanya akan di atas US$ 3 miliar. Ini memang besar sekali. Saat ini kami bermitra dengan Hoayou. Tapi terbuka juga dengan mitra lain. Yang penting prinsip keberlanjutan tetap dijaga siapa pun partnernya.

Terkait sumber energi, Vale sudah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) selama lima dekade terakhir. Seperti apa bauran energi yang dipakai Vale hingga saat ini?

Saat ini kami mengoperasikan tiga PLTA dengan total kapasitas 365 megawatt. Itu besar sekali, namun hanya mencerminkan sekitar 30 persen dari total energi yang kami butuhkan. Sisanya kami menggunakan minyak dan batu bara, sebagian besar ada di tanur reduksi dan pengering.

Di COP26 (Konferensi Perubahan Iklim di Glasgow, Skotlandia) pada tahun lalu, kami mencanangkan secara publik komitmen menurunkan sepertiga emisi karbon pada 2030 dan mencapai net zero pada 2050. Untuk mencapainya, kami berkomitmen ini harus lewat penurunan emisi secara absolut, tidak lewat carbon offset.

Proyek kami selanjutnya adalah mengkonversi ke LNG. Ini memang tetap bahan bakar fosil, tetapi karbonnya jauh lebih rendah dari minyak dan batu bara. Ini tahap awal. Investasinya cukup besar dan akan meningkatkan biaya juga. Namun kami merasa pada akhirnya ini penting untuk menjaga planet ini. Jadi selama masih menguntungkan, akan kami lakukan karena keseimbangan dengan alam itu penting.

Pertambangan juga menghasilkan limbah. Vale mengucurkan sekitar US$ 3 juta untuk membangun fasilitas pengolahan limbah enam tahun lalu. Bagaimana perkembangannya?

Tantangan terbesar dari penambangan bijih laterit adalah pengelolaan air limpasan tambang. Saat ini, kami mengolah air limpasan tambang melalui kolam-kolam pengendapan alias sediment pond. Teknologi yang dikembangkan sejak 2016 ini unik. Kami bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan riset selama dua tahun. Ini adalah teknologi yang dipakai untuk mengolah air minum dan kami bawa ke manajemen air limpasan tambang. Setahu saya, teknologi ini satu-satunya yang dipakai di pertambangan di Indonesia.

Teknologi ini memungkinkan pengolahan air limpasan tambang dengan volume besar dan efektivitas tinggi namun menggunakan lahan yang lebih kecil. Jadi secara prinsip keberlanjutan, ini lebih baik. Dengan keberhasilan teknologi pengolahan ini, tentu di tambang-tambang berikutnya akan kami adopsi lagi teknologi yang sama.

Wilayah tambang kami sangat dekat dengan Danau Matano. Jadi kami harus menjaga betul kualitas air di sana. Apalagi Danau Matano ini sangat unik dan spesial. Ada spesies endemik yang hanya hidup di danau ini. Jadi biodiversity-nya harus dijaga. Alhamdulillah sudah lebih dari 50 tahun kami di sana dan bisa menjaga kualitas air danau Matano.

Danau Matano
Danau Matano (indonesia.go.id)

 

Bagaimana perkembangan kondisi lingkungan di sekitar tambang Vale?

Pengelolaan air limpasan tambang memang harus hati-hati. Sekarang di Soroako ada lebih dari 100 titik compliance point untuk memastikan air yang dirilis ke badan air benar-benar memenuhi baku mutu. Kalau bisa lebih baik lagi.

Kami juga memiliki fasilitas pembibitan tanaman. Luasnya 2,5 haktare, bisa memproduksi sekitar 700 ribu bibit. Ini kami pakai untuk menanami area reklamasi di dalam dan di luar konsesi tambang. Komitmen kami menanam 10 ribu hektare di luar konsesi tambang, ini sudah jalan dan bisa dituntaskan nanti. Total sudah 3,7 juta pohon yang ditanam. Spesies endemik lokal seperti eboni itu sudah ada 24 ribu pohon yang ditanam.

Konsep pembangunan berkelanjutannya dari hulu ke hilir?

Konsep misi Vale, sejak saya bergabung belasan tahun lalu tidak berubah, yaitu mentransformasi sumber daya alam menjadi kemakmuran bersama dan pembangunan berkelanjutan. Kinerjanya diukur dari tiga hal, yaitu people, planet, dan profit. Konsep pembangunan berkelanjutan itu dari ketika kita mengukur kinerja. Ada tiga hal: People, Planet, dan Profit.

Vale sudah lama melakukannya dengan melihat sisi people, dari karyawan dan komunitas. Keselamatan adalah yang terpenting. Kami ada 9.000 pekerja, enam tahun berturut-turut ini tidak ada kejadian fatality atau cacat seumur hidup. Itu komitmen luar biasa dari seluruh karyawan Vale untuk menjaganya. Bagi kami, tidak ada yang bisa dibanggakan kalau itu lewat pengorbanan nyawa manusia.

Kami juga mencanangkan program keberagaman dan inklusi. Tambang dipandang sebagai industri maskulin. Bahkan saya akui partisipasi pekerja perempuan di Vale masih rendah sekali. Kami menargetkan jumlahnya harus dua kali lipat pada 2030. Imakanya saya ingin menyampaikan untuk talenta perempuan Indonesia jangan ragu bergabung dengan industri pertambangan.

Tahun ini juga kami memulai program untuk para pekerja difabel. Sedang difokuskan pada infrastruktur dan policy sehingga nanti bisa dilaksanakan dengan baik. Kami juga mengutamakan pembangunan berkelanjutan di level desa, bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat. Kalau ini tidak ada, maka tidak akan ada pembangunan berkelanjutan.

Seperti apa komposisi pekerja Vale?

Kami fokus pada talenta lokal. Sebanyak 99,7 persen pekerja Vale adalah orang Indonesia, dengan 88,7 persen di antaranya warga Kabupaten Luwu Timur. Tiga dari empat anggota direksi Vale juga orang Indonesia. Tahun ini rencananya ada suksesi sehingga seluruhnya bisa dijalankan talenta Indonesia.

Kontrak karya Vale akan berakhir pada 2025. Beberapa waktu lalu ada pembahasan soal perpanjangan kontrak karya Vale di Komisi VII DPR. Bagaimana tanggapan Anda?

Kami diundang untuk rapat dengar pendapat dan memaparkan kinerja dan target Vale. Kami sudah sampaikan, intinya kinerja kami dilihat dari 3P tadi, People, Planet dan Profit. Saya sampaikan juga prinsip keberlanjutan itu mendarah daging di Vale.

Tentu ada reaksi dan pertanyaan. Tapi bagi kami, semua masukan konstruktif akan kami follow-up. Kami juga terbuka bagi siapa pun yang ingin datang melihat apa sih praktik keberlanjutan Vale di Soroako, silakan datang.

Konteks kontrak karya, waktu itu banyak karyawan dan komunitas menanyakannya. Saya sampaikan fokus saja pada pekerjaan, lakukan yang menjadi tanggung jawab kita dengan baik. Saya yakin betul kalau kita melakuan pekerjaan dan memenuhi kewajiban dengan baik, kita pasti didukung. Itu harapan saya, dan saya juga percaya bahwa pemerintah pasti mendukung kalau kami melakukan segala sesuatu dengan baik.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...