Armada Blue Bird Berbasis BBM Sudah Tiada pada 2030

Intan Nirmala Sari
27 September 2022, 13:28
Wadirut Blue Bird Adrianto Andre Djokosoetono
Katadata

Armada besar seperti bus akan ada transisi juga? 

Saat ini yang sudah kami implementasikan di taksi reguler, kami juga sudah mulai di corporate fleet rentals. Jadi kami mulai merentalkan kendaraan-kendaraan operasional korporasi dengan sistem rental tahunan, itu kendaraan listrik. 

Tiga divisi itu sudah berjalan dan akan kami tambahkan, jadi rencana akan menambah sampai dengan 100 unit (tahun ini), itu karena kebutuhan tiga divisi itu. Sementara untuk bus, kami memang belum ada implementasi di tahun ini, tapi kami melakukan penjajakan jenis-jenis yang cocok untuk digunakan di salah satu divisi kami. Kami memiliki berbagai divisi, ada pariwisata, kontrak, dan juga trayek.

Jadi kami sedang mempelajari, tapi tahun ini kemungkinan belum implementasi. Kami belum mendapat confidence level yang cukup untuk bus. Itu karena, downtime untuk charging-nya juga lebih lama dari kendaraan klasik.

Hal itu juga akan menentukan availability kendaraan untuk beroperasi, jarak tempuh, dan sebagainya juga akan terkait di situ. Jadi kalau kendaraan biasa kami bisa dengan mudah memetakan tempat charging station dan rata-rata waktunya sudah pendek kalau fast charging. Sedangkan bus waktu charging-nya masih tinggi.

Perusahaan tambang ada yang menghadirkan truk seberat 70 ton full battery. Mungkin dalam jangka menengah Blue Bird punya rencana ke sana juga? 

Dalam jangka menengah, kami melihat bus pun akan migrasi ke bus listrik juga, tetapi contoh yang tadi itu kendaraan tambang dalam satu area tertentu ya. Mudah terkontrol, areanya jelas, berbeda dengan jenis layanan bus kami bermacam-macam. Jadi, kendaraan tambang relatif lebih sederhana untuk mempersiapkan planning, charging station, dan sebagainya. Taksi kami juga bisa, karena area operasionalnya sudah lebih jelas, scope-nya sudah ada.

Bagaimana dengan infrastruktur pendukung? Apakah ada investasi lanjutan membangun pool, maintenance, pengisian, dan lainnya?

Dari sisi maintenance, saat ini sudah ada fasilitas sendiri, jadi kami meng-update atau menambah keahlian mechanic in-house untuk kendaraan listrik. Ada juga training dan pelatihan khusus didampingi oleh APM-nya langsung untuk bisa melakukan maintenance di existing workshop

Pertanyaan nya mungkin apakah charging station yang kami miliki cukup atau tidak? Tahun ini mungkin masih cukup, tahun depan kemungkinan akan perlu membangun charging station sendiri di area operasional, pool, maupun kerja sama dengan pihak lain. 

Terkait Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) juga ada beberapa provider yang sedang diajak berbicara dengan pihak SPKLU yang sudah mengantongi izin membangun di area kami. Ini sama-sama membutuhkan kepastian ada inisiasi SPKLU-nya, kami butuh accessibility yang baik.

Ada rencana kerja sama dengan PLN untuk mencapai daerah rural?

Kami saat ini sudah kenal dengan PLN karena charging station yang kami pakai di head office kami.Namun, sampai sekarang kami belum mengajukan izin SPKLU. Itu penting karena langsung mendukung kendaraan listrik operasional kami. Semakin banyak SPKLU yang berkolaborasi dengan kami, akan lebih fokus masing-masing ya di ketersediaan kendaraannya dan SPKLU bisa fokus di penyediaan infrastrukturnya.

Menurut saya tahun ini (SPKLU) cukup cepat adopsinya terutama di Jakarta. Saya kira dalam 3-5 tahun ke depan akan lebih cepat lagi karena berbagai merek mobil sudah memasukkan EV-nya untuk berbagai macam pelayanan, baik pribadi maupun angkutan umum. Saya pikir ini progres yang positif.

Merek kendaraan listrik apa saja yang dibidik?

kami sebenarnya sudah menggunakan tiga brand untuk taksi yang menggunakan BYD, seperti Tesla untuk yang Silverbird, Hyundai untuk corporate rental. Kami Juga ada hybrid sebenarnya, menggunakan Toyota Prius. Kami akan melihat apa saja yang available, sambil melihat brand baru yang existing untuk penambahan kendaraan listrik.

Mana yang lebih efisien? CNG atau listrik?

Pada 2000-an, pertama kali implementasi CNG, tapi terus terang saat itu availability-nya tidak cukup luas, sehingga kami berhenti menggunakan, hingga 2015 kami menggunakan lagi. Jadi kami baru menggunakan CNG 2015.

Pengalaman kami, di periode terakhir sejak 2015 (CNG) sempat terjadi isu supply, tapi saat ini bukan problem lagi. Problem saat itu adalah supply dan SPBG-nya, sama seperti jumlah SPKLU-nya menentukan, CNG juga butuh SPBG-nya. 

Jadi availability dan kualitas, mungkin kalau listrik lebih firm mengenai normal charging atau fast charging, listriknya kan sama kira-kira. Sedangkan CNG, kualitas kadar air dan sebagainya menentukan performance kendaraan jangka menengah juga. Jadi itu salah satu concern.

Apakah hanya dengan kendaraan listrik, Blue Bird bisa mengimplementasikan roadmap zero emisi?

Iya, tapi selain kendaraan listriknya kami juga menggunakan inisiatif-inisiatif lain untuk mengurangi jejak karbon tadi. Diantaranya, melakukan daur ulang baik spare part, botol plastik. Kami juga mulai mengenalkan dan mencanangkan ke pengemudi untuk menggunakan botol plastik sekali pakai, kami juga siapkan recycling facility nya, aksesnya. Kami juga juga introduce penggunaan plastik yang tidak sekali pakai, menggunakan tumblr isi ulang.

Di samping itu, kami juga merencanakan implementasi PLTS di kantor untuk me-generate listrik EV. Lokasinya di Mampang Prapatan, masih progres, mungkin berapa tahun depan akan selesai proses implementasi. Jadi satu cycle dari energy generation sampai penggunaannya clean energy.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...