Merangkum Bisnis AKRA yang Bakal Pecah Saham Tahun Ini

Intan Nirmala Sari
19 November 2021, 19:52
AKRA
Donang Wahyu|KATADATA
Tangki penyimpanan BBM milik PT.AKR di Bitung, Sulawesi Utara.

Tingkatkan likuiditas perdagangan saham, PT AKR Corporindo Tbk bakal jalankan aksi korporasi pemecahan saham alias stock split. Aksi tersebut bakal menjadikan harga saham AKRA menjadi lebih terjangkau, khususnya bagi investor ritel. Harapannya, itu dapat meningkatkan jumlah pemegang saham Perseroan ke depan.

Demi melancarkan aksi tersebut, perusahaan energi minyak, gas dan batu bara itu bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin (20/12). Rencana pemecahan saham perusahaan dengan kode emiten AKRA itu bakal dilakukan dengan perbandingan 1:5.

Jika pada perdagangan akhir pekan ini (19/11) harga saham AKRA berada di level Rp 4.180 per lembar, maka saat dilakukan stock split, harganya bisa berkisar Rp 836 per saham. 

Melansir RTI, sepanjang tahun ini harga saham AKRA tercatat sudah mengalami kenaikan 31,45 %. Perusahaan pengelola SPBU British Petroleum (BP) tersebut, pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia alias BEI pada Oktober 1994. Di mana, harga saham perdana yang ditawarkan yakni Rp 4.000 per saham dan ditebar sebanyak 15 juta lembar saham.

Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo menyatakan perusahaan telah memberikan kinerja konsisten selama tiga tahun terakhir, sehingga akan menarik bagi investor ritel. Saham AKRA juga termasuk ke dalam konstituen LQ 45 dan IDX ESG Leader Index

"Usulan stock split akan meningkatkan likuiditas AKRA dan meningkatkan kepemilikan saham di antara komunitas investor,” kata Haryanto dalam keterangan resminya, Kamis (11/11).

Selain itu, aksi stock split juga bagian dari upaya AKR Corporindo untuk mendukung Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pemerintah dalam mengembangkan pasar modal Indonesia, serta meningkatkan partisipasi anak muda di pasar modal domestik.

Nyaris Enam Dekade AKR Corporindo Bertumbuh

AKR Corporindo terbentuk 58 tahun lalu di Surabaya sebagai usaha perdagangan bahan kimia dasar. Perusahaan itu lahir dari tangan pengusaha asal Jawa Timur, Soegiarto Adikoesoemo pada 1960, sampai kemudian diberi nama PT Aneka Kimia Raya alias AKR pada November 1977.

Soegiarto merupakan pria kelahiran Malang pada 1938. Selain pendiri Grup AKR, dia juga sempat menjabat sebagai Presiden Direktur perusahaan hingga 1992.Kini posisinya beralih menjadi Komisaris Utama AKRA, dengan kepemilikan saham 0,26 % atau sekitar 10,6 juta lembar saham per Oktober 2021. Sedangkan putranya, Haryanto Adikoesoemo yang kini menjabat Direktur Utama AKRA menguasai 0,63 % atau sekitar 25,39 juta lembar saham.

Saat ini, perusahaan berada di bawah kendali PT Arthakencana Rayatama yang menguasai saham AKRA 59,6 % atau 2,39 miliar lembar saham. Di mana, Soegiarto dan anaknya juga menjadi pengendali utama saham Arthakencana Rayatama.

Kesuksesan Soegiarto menjadi pengusaha juga sempat dicatat Forbes, dengan memasukkannya ke dalam daftar jajaran orang terkaya di Indonesia pada 2013, dengan kekayaan saat itu mencapai US$ 1,04 miliar atau sekitar Rp 14,7 triliun (kurs Rp 14.200).

Dilansir dari Forbes, Soegiarto lahir bukan dari keluarga konglomerat yang dengan mudahnya dimahkotai kesuksesan. Keberhasilannya menjadi orang tajir saat ini berkat usahanya merintis perusahaan dari awal.

Terbukti, AKR berhasil menjadi salah satu distributor swasta terbesar untuk bahan kimia dasar, bahan bakar minyak (BBM), logistik, dan solusi rantai pasokan di Indonesia. AKRA juga resmi memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta pada 1985.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...