Biografi Cut Nyak Dien, Pahlawan Indonesia dari Aceh

Annisa Fianni Sisma
18 April 2024, 11:01
Cut Nyak Dien
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.
Seorang juru pelihara membersihkan salah satu sudut ruangan bekas rumah tinggal Cut Nyak Dien di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (15/6/2020).

Namun, tragedi datang menghampiri Cut Nyak Dien ketika suaminya, Teuku Ibrahim, meninggal dunia pada tanggal 29 Juni 1878. Meskipun terpukul oleh kehilangan yang begitu besar itu, Cut Nyak Dien tidak menyerah pada takdir. Sebaliknya, kematian suaminya menjadi dorongan yang kuat baginya untuk melanjutkan perjuangan dan menggantikan peran Teuku Ibrahim dalam memimpin perlawanan melawan penjajah Belanda.

Setelah kehilangan suaminya, Cut Nyak Dien memutuskan untuk menikah lagi, kali ini dengan Teuku Umar, yang juga merupakan cucu dari kakeknya. Persekutuan ini tidak hanya berhubungan dengan ikatan pernikahan, tetapi juga didorong oleh semangat bersama untuk melawan penjajah Belanda yang telah lama mendominasi tanah Aceh.

Keputusan Cut Nyak Dien untuk menikahi Teuku Umar tidaklah hanya karena keinginan untuk memiliki sosok kepala keluarga di sisinya, melainkan juga karena dia ingin memiliki seorang pasangan yang mendukungnya untuk terlibat dalam perang melawan Belanda. Mereka bertekad untuk memimpin perlawanan bersama, memimpin pasukan pejuang dengan semangat yang membara untuk merebut kembali kampung halaman Cut Nyak Dien yang telah direbut oleh Belanda.

Dalam perjuangan mereka, Teuku Umar bahkan berpura-pura tunduk kepada Belanda untuk mendapatkan pasokan senjata yang kemudian digunakan untuk melawan kembali penjajah. Namun, pengkhianatan ini tidak luput dari perhatian Belanda, yang kemudian memberi hukuman berat dengan mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya sebagai bentuk ganjaran.

Tidak hanya itu, Belanda juga mengirim unit “Maréchaussée” yang terdiri dari orang Tionghoa-Ambon, yang sangat sulit dikalahkan oleh pasukan Aceh. Meskipun akhirnya unit tersebut dibubarkan oleh Belanda atas alasan iba terhadap rakyat Aceh, pasukan pemberontak terus berjuang di bawah pimpinan Cut Nyak Dien, meski dia sudah mulai mengalami masalah kesehatan dan kesulitan mendapatkan pasokan makanan untuk pasukannya.

Meskipun memberikan perlawanan yang gigih, pasukan Cut Nyak Dien akhirnya kalah pada tahun 1901 karena kekuatan tentara Belanda yang terlatih dan keahlian mereka dalam berperang di Aceh.

Pada saat yang sama, Cut Nyak Dien sendiri sudah mulai mengalami masalah kesehatan dan kesulitan mendapatkan pasokan makanan untuk pasukannya. Meskipun demikian, semangat perlawanan Cut Nyak Dien tetap terus menyala hingga akhir hayatnya.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...