Menelaah Pro Kontra Childfree, dari Sudut Kesehatan, Agama dan Pilihan

Annisa Fianni Sisma
24 Februari 2023, 14:26
Childfree
Pexels
Ilustrasi, keluarga.

Istilah childfree yang berkembang di Eropa hingga menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia ini tengah menjadi sorotan. Istilah ini sempat menjadi perbincangan pada awal 2020 setelah beberapa tokoh publik memutuskan tak ingin memiliki anak.

Melansir dari yankes.gemenkes.go.id, childree adalah gagasan ketika seseorang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Meskipun istilah ini terdengar baru, praktiknya ternyata sudah muncul sejak sebelum abad ke-20.

Berkaitan dengan itu, muncul berbagai pro dan kontra terkait childfree. Oleh sebab itu, berikut ini gagasan childfree dari berbagai sudut pandang dan nilai yang berlaku di Indonesia.

Gagasan Pihak yang Mendukung Childfree

Childfree
Childfree (Pexels)
 

Bagi beragam pihak yang pro atau mendukung keputusan childfree, pasti disebabkan oleh sederet faktor pendukungnya. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut sederet faktor pemengaruh melansir dari berbagai sumber.

1. Hidup Seharusnya Dianggap Sempurna Meski Tanpa Anak

Melansir dari situs its.ac.id, Victoria Tunggono melalui bukunya Childfree and Happy menyampaikan jika belum memiliki anak, maka hidup belum sempurna dan perempuan belum sempurna jika belum melahirkan. Meski demikian, hidup seharusnya sudah sempurna meskipun tanpa suami ataupun anak.

2. Ketakutan Mengalami Hal yang Sama Seperti Sang Ibu

Victoria menyampaikan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan childfree adalah ketakutan mengalami hal yang sama seperti sang ibu. Contohnya menyakiti hati sang ibu sehingga ia khawatir akan disakiti kembali oleh sang anak.

3. Tanggung Jawab Besar, Finansial dan Mental

Alasan lainnya yakni, anak merupakan tanggung jawab yang besar. Beberapa pasangan beralasan dari segi finansial hingga mental belum siap memiliki anak. Daripada tidak mampu bertanggung jawab, lebih baik tidak memiliki anak.

4. Trauma Masa Kecil, Kesehatan, Genetik, dan Lingkungan

Faktor lainnya adalah trauma yang ditimbulkan pada masa kecil yang berdampak hingga sekarang. Selain itu, ada pula faktor kesehatan suami dan istri maupun genetik dan kondisi lingkungan.

Melansir dari theguardian.com, terdapat beberapa pihak yang merasa tidak percaya diri dan tidak memiliki cukup rasa cinta serta kesabaran untuk menahan kesal dan marah. Pasalnya, hal ini berpengaruh pada pola pengasuhan anak nantinya.

Childfree
Childfree (Pexels)
 

5. Hak Memilih Tidak Menjadi Orang Tua dan Hak Reproduksi

Bagi beberapa pihak yang mendukung gagasan childfree adalah hak untuk tidak menjadi orang tua. Saat ini, menurut Victoria, prioritas mereka adalah kebahagiaan sendiri tanpa anak. Setiap individu memiliki hak memutuskan jalan hidup karena telah memahami konsekuensi.

6. Jika Berbahaya Bagi Wanita dan Kondisi Darurat

Melansir dari jatim.nu.or.id, jika sudah perempuan yang mengandung atau hamil justru membuat nyawanya terancam atau kekacauan di negara dengan kekurangan sumber sandang, pangan papan, maka diperbolehkan childfree.

Melansir dari wearechildfree.com, Zoe Noble selaku pendiri We Are Childfree mengatakan pihaknya tidak ingin memiliki anak. Meski demikian, ia merasakan takut sendiri, stereotip negatif tentang wanita yang tidak memiliki anak adalah seorang yang egois, tidak dewasa, dan ada yang salah.

Zoe ingin mengubah mitos palsu ini dan mengubah sudut pandang orang yang melihat. Akhirnya, pada usia 30-an, ia memutuskan medeklarkan diri sebagai pemilih childfree.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement