Pertamina Tombok Harga Pertalite, Solar, dan LPG untuk Jaga Daya Beli

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/YU
Sejumlah pengendara sepeda motor antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kuningan, Jakarta, Rabu (30/3/2022).
11/4/2022, 19.47 WIB

Pertamina berupaya menjaga daya beli masyarakat di tengah tingginya harga minyak dan gas dunia dengan tidak menaikkan harga BBM jenis Pertalite dan Biosolar, serta LPG 3 kilogram (kg).

Hal ini untuk menghindari terjadinya kenaikan harga logistik, baik di angkutan barang maupun orang mengingat BBM Biosolar dan Pertalite merupakan BBM yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, yaitu sebesar 83% dari total penjualan seluruh BBM retail Pertamina.

Dengan penetapan Pertalite sebagai Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), harga BBM Ron 90 tersebut ditahan di angka Rp 7.650 per liter. Setiap 1 liter Pertalite, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 4.500 per liter atau lebih dari separuh harga jual.

Bahkan pemerintah memberikan subsidi yang lebih besar untuk Biosolar. Setiap 1 liter Biosolar pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 7.800 dibandingkan harganya yang hanya Rp 5.150.

"Baik Biosolar maupun Pertalite merupakan jenis BBM yang mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam bentuk subsidi atau kompensasi, sehingga harganya tetap," kata Vice President Corporate Communications PT Pertamina Fajriyah Usman dalam keterangan tertulis pada Senin (11/4).

Pemerintah juga menahan harga gas LPG 3 kilogram dengan memberikan subsidi hingga Rp 33.750 per tabung. Nilai subsidi ini pun lebih tinggi daripada harga jual LPG ke masyarakat.

Sebagai informasi, per Februari 2022, harga jual LPG per kg di Singapura sekitar Rp 32.000, Filipina sekitar Rp 27.000 dan Vietnam Rp 24.000. Untuk Thailand harga LPG per kg Rp 10.000 dan Malaysia Rp 6.500 karena sama seperti Indonesia, harga LPG di kedua negara tersebut masih disubsidi pemerintah.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu