Batu Bara AS hingga Indonesia Banjiri Eropa Untuk Gantikan Gas Rusia

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (14/5/2022).
Penulis: Happy Fajrian
5/7/2022, 17.15 WIB

Eropa mulai meningkatkan impor batu bara untuk menggantikan pasokan gas dari Rusia yang berkurang signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Menurut data perdagangan Kpler, impor batu bara pada semester I 2022 naik 35% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pengiriman batu bara membanjiri wilayah Antwerp-Rotterdam-Amsterdam (ARA) yang merupakan hub pengiriman besar untuk energi dan komoditas lainnya dari seluruh dunia ke benua biru. Sepanjang paruh pertama tahun ini, Eropa sudah mengimpor 26,9 juta ton batu bara.

Kini persediaan batu bara hub ARA naik berlipat ganda menjadi 6,6 juta ton dari level terendah dalam lima tahun terakhir pada kuartal I tahun ini. Menurut data Kpler, stok di ARA kini mendekati rekor tertinggi 2019.

“Pengiriman melonjak karena kawasan itu berjuang untuk menggantikan pasokan yang hilang imbas invasi Moskow ke Ukraina,” kata analis Kpler Insight untuk komoditas energi kering, gas, dan energi, Matthew Boyle seperti dikutip Bloomberg, Selasa (5/7).

Adapun impor batu bara tersebut terutama berasal dari Amerika Serikat (AS), Kolombia, dan Australia. Ketiga negara tersebut memproduksi batu bara berkalori tinggi yang lebih banyak melepas panas dan energi saat dibakar.

Persaingan untuk mendatangkan bahan bakar yang sudah dianggap sebagai sejarah ini meningkat karena pembangkit listrik seantero Asia dan Eropa berlomba-lomba mengamankan pasokan ditengah ketatnya pasar energi.

Jerman dan Austria kembali menyalakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara setelah Rusia memangkas ekspor gas ke kawasan Eropa. Sementara Jepang dan Korea Selatan menumpuk pasokan batu bara untuk mengantisipasi meningkatnya konsumsi listrik pada musim panas.

Berkurangnya pasokan energi global telah membuat harga berbagai komoditas energi meroket, dengan harga batu bara berjangka acuan Eropa pada Juni melonjak ke level tertinggi.

Eksportir batu bara asal Australia, termasuk di antaranya Whitehaven Coal Ltd. yang berbasis di Sydney, mengaku telah mendapatkan permintaan dari sejumlah negara Eropa, termasuk di antaranya Polandia. Perusahaan sebelumnya menawarkan 70.000 ton batu bara dalam bentuk bantuan pemerintah Australia untuk dikirim ke Ukraina.

Perbedaan yang mencolok antara harga batu bara Eropa dan Australia telah memungkinkan para pedagang untuk mengirim kargo dari kawasan Asia-Pasifik, bahkan setelah memperhitungkan biaya pengiriman yang tinggi untuk perjalanan yang lebih lama.

Batu bara dari Indonesia yang berkualitas rendah dilaporkan juga telah masuk ke pasar Eropa. Kpler mengatakan batu bara dari Indonesia kemungkinan dicampur dengan batu bara Amerika untuk meningkatkan nilai kalorinya saat pembakaran.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), mengatakan sudah ada pengapalan batu bara ke Jerman dan Polandia. Namun, dia tak mengetahui besaran dari jumlah ekspor yang dilakukan oleh tiap-tiap perusahaan.

"Ke Jerman mungkin sudah ada perkapalan ke sana dalam waktu baru-baru ini. Kargo ke Polandia sudah ada memang, ekspor ke sana sudah jalan," kata Hendra beberapa waktu lalu, Jumat (17/6).

Di tengah krisis global yang melanda blok barat, Hendra mengatakan sejumlah negara Eropa berani untuk menawar harga batu bara dengan harga yang lebih tinggi. Padahal kualitas batu bara di Indonesia masih berada di bawah kualitas yang dibutuhkan oleh negara barat.

"Karena ini menjelang musim dingin, mereka harus mencari batu bara segera. Kualitas kadang bisa juga dicampur," ujarnya. Selain itu, sejumlah negara Asia seperti India dan Pakistan juga berupaya untuk mendapatkan batu bara Indonesia.