Rupiah Anjlok ke 14.623 per Dolar, Terimbas Pengetatan Moneter The Fed

ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
Seorang petugas bank menghitung mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Penulis: Abdul Azis Said
13/5/2022, 09.33 WIB

Di samping terimbas komentar The Fed tersebut, pergerakan rupiah hari ini juga dipengaruhi rilis data ketenagakerjaan AS semalam. Data klaim tunjangan pengangguran AS mingguan selama empat minggu masih menunjukkan penurunan.

Ini mengindikasikan bahwa kondisi tenaga kerja cukup sehat sehingga kebijakan pengetatan moneter tidak mengganggu lapangan pekerjaan. Simak databoks berikut:

Meski demikian, penguatan rupiah akan ditopang oleh sentimen pasar terhadap aset berisiko yang terlihat positif pagi ini. Indeks saham Asia rata-rata dibuka menguat. Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 2,3% begitu juga Shanghai SE Composite Cina 0,49% Hang Seng Hong Kong 1,39% dan Kospi korea Selatan 1,64%.

"Kelihatannya pasar mengambil kesempatan untuk membeli di level rendah. Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," kata Ariston.

Analis DCFX Lukman Leong melihat memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.500-Rp 14.700 per dolar AS. Menurutnya, secara keseluruhan sentimen masih negatif. Sentimen risk off global meningkat setelah beberapa data ekonomi AS menunjukkan kekhawatiran inflasi tinggi yang persisten dan kemungkinan resesi. 

Dari dalam negeri cenderung positif seperti rilis data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan neraca perdagangan yang masih solid. "Namun data inflasi terakhir menunjukkan adanya lonjakan harga, menunjukkan bahwa Indonesia tidak terisolir dari masalah inflasi," kata Lukman kepada Katadata.co.id.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said