Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengapresiasi langkah BI menaikkan suku bunga. Dia juga menyoroti inflasi di tingkat produsen sudah jauh lebih tinggi dari inflasi tingkat konsumen.
(Baca: Musim Mengerek Tinggi Suku Bunga)
Mengutip data BPS, inflasi harga produsen sudah mencapai 11,77% pada kuartal II-2022. Tingkat inflasi produsen ini didorong sektor pertambangan yang inflasinya sudah mencapai 82,96% dan angkutan udara penumpang yang sudah 23,92%.
Sektor-sektor yang berdampak langsung ke konsumen masih mengalami inflasi yang cukup rendah. Tingkat inflasi industri pengolahan tercatat sebesar 4,51%, pertanian 6,37%, pengadaan listrik dan gas 0,49%, serta penyediaan makanan dan minuman sebesar 1,54%. (Baca: Melongok Data Untung-Rugi Pelemahan Rupiah)
“Inflasi di tingkat konsumen juga akan naik pada akhirnya. Dengan menaikkan bunga, BI menjaga ekspektasi inflasi. Ini akan membuat inflasi terjaga,” ujar Chatib Basri dalam akun Twitter-nya @ChatibBasri pada Rabu, 24 Agustus 2022.
Keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan bunga 25 bps menurut saya adalah langkah yang baik. Dengan ini dicoba dilakukan forward guidance utk mengelola ekspektasi inflasi. Kita tahu inflasi ditingkat produsen sdh jauh lebih tinggi dibanding di tingkat konsumen— M. Chatib Basri (@ChatibBasri) August 23, 2022
(Baca: Ekonomi Melesat tapi Kesenjangan Kian Melebar Pasca-Krisis 1998)
Menurutnya, ini pilihan yang tepat ketimbang BI menunggu inflasi naik dulu baru menaikkan bunga (behind the curve) sehingga kenaikan suku bunga akan lebih tajam. Kenaikan suku bunga yang tajam dapat berdampak lebih berat terhadap ekonomi.
Editor: Aria W. Yudhistira