Rebut Pasar Indonesia, Ekspor Minyak Sawit Malaysia Diramal Naik 30%

Tia Dwitiani Komalasari
11 Mei 2022, 17:10
Ilustrasi kelapa sawit.
Arief Kamaludin|Katadata
Ilustrasi kelapa sawit.

Minyak sawit digunakan untuk membuat berbagai macam produk mulai dari lipstik hingga mi. Namun, produsen utama Indonesia dan Malaysia menghadapi boikot setelah dituduh membuka hutan hujan dan mengeksploitasi pekerja migran untuk ekspansi perkebunan sawit yang cepat.

Beberapa perusahaan global telah memperkenalkan "produk bebas minyak sawit" dalam beberapa tahun terakhir. Uni Eropa (UE) yang merupakan importir terbesar ketiga di dunia, telah memutuskan untuk menghapus biofuel berbasis minyak sawit secara bertahap pada tahun 2030.

Namun, peritel di Eropa terpaksa kembali ke komoditas kontroversial itu dalam beberapa bulan terakhir. Sebab, pasar kekurangan minyak nabati global yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina serta larangan ekspor Indonesia.

Zuraida mengatakan bahwa pemerintah Malaysia tidak ingin menyia-nyiakan kondisi kekurangan minyak nabati global tersebut. “Sudah saatnya kita meningkatkan upaya untuk melawan propaganda yang merugikan untuk merusak kredibilitas minyak sawit. Ini kesempatan bagi kita untuk menunjukkan banyak manfaat kesehatan yang ditawarkan minyak ini," katanya seperti dikutip dari Reuters.

Zuraida mengatakan harga minyak nabati global kemungkinan akan tetap tinggi pada paruh pertama tahun 2022. Permintaan Uni Eropa diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat karena terbatasnya pasokan minyak bunga matahari dan kedelai.

 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia pada 2021 sebesar 46,88 juta ton atau turun 0,31% dari capaian 2020 yang sebesar 47,03 juta ton.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...