Meraba Peta Perdagangan Dunia jika Biden Menjadi Presiden AS

Rizky Alika
5 November 2020, 21:18
Brian Snyder Calon presiden Amerika Serikat dari Demokrat dan mantan wakil presiden Joe Biden berpartisipasi dalam sebuah acara virtual "Get Out the Vote" dengan Oprah Winfrey di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Rabu (28/10/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Brian Snyder/nz/cf
Brian Snyder Calon presiden Amerika Serikat dari Demokrat dan mantan wakil presiden Joe Biden berpartisipasi dalam sebuah acara virtual "Get Out the Vote" dengan Oprah Winfrey di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Rabu (28/10/2020).

Berikut adalah Databoks perdagangan Indonesia dengan AS dan Tiongkok:

Selain itu, ia juga memperkirakan AS akan kembali bergabung dengan TPP. Sebab, TPP dapat menjadi salah satu cara Negeri Paman Sam mengurangi ketergantungan dari Tiongkok.

Secara keseluruhan, ia menilai posisi Indonesia akan tetap netral, siapapun pemenangnya. Ini lantaran baik Trump maupun Biden sama-sama memiliki tujuan untuk mengurangi dominasi dari Tiongkok.

Oleh karenanya, AS memandang Indonesia sebagai mitra penting di tengah rencana pengurangan dominasi Negeri Tirai Bambu itu.

Ia menambahkan, salah satu "ongkos" yang harus dibayar bila Biden menang hanyalah membangun relasi baru dengan presiden yang baru.

Saat ini, Indonesia pun telah mendapatkan perpanjangan fasilitas pembebasan tarif bea masuk atau Generalized System of Preferences (GSP). Fithra mengatakan, Indonesia perlu memaksimalkan fasilitas tersebut lantaran eksportir Tanah Air baru memanfaatkan sekitar 30% dari 3.572 pos yang diberikan.

Sebagaimana diketahui, Indonesia berpeluang meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk yang selama ini diisi oleh Thailand. Berdasarkan hasil review, terdapat beberapa produk ekspor Thailand yang tidak lagi mendapatkan fasilitas GSP dari AS.

Beberapa produk yang berpeluang untuk ditingkatkan pangsa pasarnya adalah pompa bahan bakar/pelumas (HS 8413.30.90), kacamata (9004.90.00), sepeda motor dengan piston (HS 8711.50.00), wastafel/bak cuci (HS 6910.10.00), papan/panel/konsol/meja (HS 8537.10.91), sekrup dan baut (HS 7318.15.80), alat kelengkapan pipa dari tembaga, perangkat makan (HS 3924.10.40), serta bingkai kayu untuk lukisan (HS 4414.00.00).

Pada Januari-Agustus 2020, total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat yang menggunakan fasilitas GSP meningkat hingga 10,6% menjadi US$ 1,9 Miliar dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini mendorong peningkatan total ekspor ke AS sebesar 1,56% pada periode tersebut.

Produk unggulan ekspor GSP Indonesia hingga Agustus 2020 berdasarkan level HS 8-digit meliputi matras (karet maupun plastik, US$ 185 juta), kalung dan rantai emas (US$ 142 juta), tas bepergian dan olahraga (US$ 104 juta), minyak asam dari pengolahan kelapa sawit (US$ 84 juta), serta ban pneumatik radial (US$ 82 juta).

Pada Januari-Agustus 2020, ekspor nonmigas Indonesia ke AS mencapai US$ 11,8 Miliar, atau naik mendekati 2% dibandingkan periode yang sama di 2019. Peningkatan ini bahkan terjadi saat impor AS dari seluruh dunia turun 13%. 

Duta Besar Indonesia untuk AS Muhammad Lutfi menyebutkan, Indonesia dan AS akan semakin mempererat hubungan kedua negara, terlepas dari siapapun pemenang pilpres. "AS-Indonesia akan berdiri sama tinggi di region dan di kawasan dunia," ujarnya.

Hal ini tercermin dari kedekatan AS dan Indonesia pada kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, beberapa waktu yang lalu. Saat itu, kedua negara saling berdiskusi mengenai keamanan regional. Tak hanya itu, AS juga kembali memperpanjang GSP setelah melalui proses negosisasi selama 2,5 tahun terakhir.

Ke depan, ia memperkirakan ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam juga akan meningkat. "Saya memastikan perdagangan akan meningkat serta akan datangkan investasi," kata dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...