KPU Minta Elite Politik Tak Ikut Sebarkan Disinformasi

Dimas Jarot Bayu
12 Maret 2019, 20:25
Aksi tolak hoaks menjelang Pemilu 2019
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK
Warga mengangkat poster bertulis penolakan terhadap hoaks jelang Pemilu 2019 saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (3/2/2019). Aksi tolak hoaks tersebut digelar untuk mewujudkan pesta demokrasi yang aman dan damai.

Menurut Pramono, para elite politik seharusnya menyampaikan informasi positif kepada publik secara konstruktif dan memberi pendidikan politik pada masyarakat. Kampanye dapat mengedepankan capaian dan gagasan yang ditawarkan oleh para kandidat. "Jadi kedudukan posisi elitenya itu harus diimbangi dengan tanggung jawab untuk menyebarkan luaskan informasi yang benar," ujarnya.

Jika ada kritik, para elite politik diminta tak langsung menuduh penyelenggara Pemilu, KPU dan Bawaslu melakukan kecurangan, lantas mencari argumennya belakangan. Menurut Pramono, tindakan tersebut tak bijak dan dapat mendelegitimasi penyelenggaraan Pemilu.

Dia mencontohkan hal tersebut seperti tudingan 17,5 juta Daftar Pemilih Tetap (DPT) ganda dalam Pilpres 2019. Tudingan itu sebelumnya disampaikan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, lantaran banyaknya orang yang lahir pada tanggal 1 Juli, 31 Desember, dan 1 Januari.

(Baca juga: 43 Hari Jelang Pemilu, eKTP dan Pemilih Tambahan Masih Bermasalah)

Padahal, kesamaan tanggal lahir itu memang mekanisme Kementerian Dalam Negeri untuk mencatat orang-orang yang lupa tanggal lahirnya. "Kenapa masih dimunculkan lagi? Padahal itu sudah menjadi pengetahuan bersama, sudah dijelaskan oleh Kemendagri," kata Pramono.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...