Pertemuan G20 EDM-CSWG Hasilkan Pre-Zero Draft Ministerial Communique

Padjar Iswara
22 Juni 2022, 17:38
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim selaku co-Chair CSWG Laksmi Dhewanthi (kiri) bersama Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) sekaligus co-Chair EDM Sigit Reliantoro (kanan) memberikan keterangan pers usai m
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim selaku co-Chair CSWG Laksmi Dhewanthi (kiri) bersama Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) sekaligus co-Chair EDM Sigit Reliantoro (kanan) memberikan keterangan pers usai menggelar rangkaian kegiatan G20 The Second Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (2nd EDM-CSWG) 2022 di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Inisiatif yang dilakukan Indonesia selama ini di tingkat nasional akan diperkenalkan dan ditiru, serta bekerja sama dengan berbagai negara tidak hanya G20, tapi juga negara-negara mitra.

“Ini kesempatan baik Indonesia untuk menunjukkan bahwa kita memimpin dalam beberapa agenda terkait dengan perlindungan lingkungan hidup dan kehutanan,” ujar Laksmi.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian LHK, Sigit Reliantoro menambahkan, pada bagian EDM, pertemuan kedua ini telah membahas mengenai Land Degradation, Halting Biodiversity Loss, Integrated and Sustainable Water Management, Resource Efficiency and Circular Economy, Marine Litter, Ocean Conservation, dan Sustainable Finance.

Adapun pada bagian CSWG terdapat tiga isu. Pertama, bagaimana peran co-benefit antara aksi mitigasi dan aksi adaptasi untuk bisa menyiapkan suatu kondisi atau komunitas yang punya ketahanan iklim. Kedua, bagaimana memperkuat aksi dan kerja sama kemitraan khusus untuk inisiatif pengelolaan laut yang berkelanjutan.

Lalu ketiga, bagaimana mendorong dan mempercepat implementasi dari NDC dengan pendekatan atau transisi yang berkelanjutan dari kondisi sekarang menjadi kondisi yang rendah karbon dan berketahanan iklim. 

“Melihat jalannya konferensi tadi, Indonesia mendapatkan apresiasi mengenai isu-isu dan bagaimana Indonesia bisa menggabungkan concern dari negara-negara G20 ini,” kata dia.

Mengenai land degradation, menurut Sigit, sebenarnya tidak terlalu banyak catatan yang bertentangan. Ada beberapa isu berkaitan dengan kesamaan target, dan target yang lebih ambisius, keduanya perlu disinkronkan dengan kebutuhan negara maju dan kebutuhan negara berkembang.

Sigit melanjutkan, dari EDM terdapat agenda dari kebijakan Presiden Joko Widodo mengenai pemulihan gambut dan pemulihan mangrove yang didorong untuk menjadi agenda G20. 

Indonesia, kata dia, memiliki regulasi dan technical expertise dan bukti-bukti kerja di lapangan yang dapat dibagi, terutama ke negara yang memiliki ekosistem gambut tropis.

“Ternyata ide ini disambut juga oleh negara yang memiliki gambut dengan iklim sedang,” ujar Sigit.

Menurut Sigit, pemulihan gambut dan mangrove tersebut merupakan isu yang sangat penting. Kendati hanya 3% dari permukaan bumi, tapi peatland dan mangrove atau wetland memiliki fungsi luar biasa karena dapat menyerap CO2 empat kali lipat lebih besar daripada hutan tropis biasa.

“Kawasan gambut juga berfungsi sebagai pengatur air, dan mangrove berfungsi untuk pengurangan bencana seperti tsunami dan sebagainya. Itu penting bukan hanya saja bagi Indonesia namun juga bagi dunia,” ungkap Sigit. 

(Tim Riset Katadata)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...