Pandemi Corona 'Pukul' Ekonomi RI, Startup Masih Minat ‘Bakar Uang’?

Fahmi Ahmad Burhan
19 Juni 2020, 17:24
Pandemi Corona Pukul Ekonomi RI, Startup Masih Minat ‘Bakar Uang’?
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Ilustrasi, karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020).

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di kisaran 0,4%-1% pada tahun ini, imbas pandemi corona. Di tengah kondisi ini, startup pun diimbau efisien, salah satu caranya dengan mengurangi ‘bakar uang’.

CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengatakan, bakar uang merupakan bagian dari edukasi pasar terkait produk. Pada bisnis startup, bakar uang merupakan upaya untuk melihat respons konsumen terhadap produk yang dirilis.

Advertisement

Kendati begitu, startup juga perlu memikirkan keberlanjutan bisnis, terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. "Tergantung ke situasi dan kesiapan," kata Jonathan saat mengikuti Webinar Katadata bertajuk ‘Covid-19: Disruptor atau Enabler Bisnis Startup?’, Jumat (19/6).

"Apakah di era pandemi atau di luar pandemi, semua startup pasti juga mencari EBITDA positif," kata Jonathan. EBITDA adalah laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.

(Baca: Sri Mulyani Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Jadi 1%)

CEO TaniHub Ivan Arie Sutiawan menambahkan, startup perlu menyeimbangkan antara upaya mendorong transaksi Gross Merchandise Value (GMV) dengan EBITDA positif. “Tanihub mengarah ke sana,” kata dia.

Ia mengklaim, bisnis Tanihub selama empat tahun menunjukkan sinyal terus tumbuh, baik saat pandemi maupun tidak. Untuk mencapai hal ini, perusahaan menyeimbangkan upaya untuk mendorong GMV dan keberlanjutan bisnis.

TaniHub mempunyai tiga pilar bisnis, yakni teknologi, sosial, dan agrikultur. "Kami lihat bagaimana tiga pilar itu terealisasi tanpa mengejar GMV saja. Kalau mengejar GMV saja, tiga pilar tidak terkejar, itu tidak akan sustainable," ujar Ivan.

(Baca: Optimistis Laba Positif Tahun Depan, Bos Tokopedia Rencanakan IPO)

Hal senada disampaikan oleh CEO GoPlay Edi Sulistyo. Perusahaan penyedia layanan video on-demand (VoD) besutan Gojek ini berfokus pada keberlanjutan bisnis. "Buat kami bagaimana caranya agar sustainable," katanya.

Apalagi, perusahaan mempunyai misi untuk mendongkrak pendapatan industri kreatif seperti film, fashion, dan lainnya. Maka, GoPlay perlu memastikan bisnis tumbuh berkelanjutan dengan cara meningkatkan profit. 

Di satu sisi, menurutnya ‘bakar uang’ di industri digital akan berkurang seiring dengan terbentuknya kebiasaan masyarakat. "Kebiasaan membayar suatu layanan kami, sudah terjadi. Jadi kami tidak perlu edukasi," ujar Edi.

Pandemi memang memukul aktivitas ekonomi, termasuk startup. Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) Jefri Sirait mengatakan, perusahaan rintisan harus melakukan efisiensi agar dapat bertahan di tengah pandemi virus corona. "Bila dibutuhkan untuk menjaga survival, lakukan pemotongan biaya," kata dia kepada Katadata.co.id

(Baca: Jurus Efisiensi Startup di Masa Pandemi: Pangkas Gaji hingga Karyawan)

Salah satu biaya yang otomatis dipangkas yakni biaya ‘bakar uang’. Langkah ini sebenarnya sudah dilakukan sebelum pandemi corona merebak. 

Selain bakar uang, startup yang terkena dampak pandemi mulai merumahkan karyawan tanpa digaji (unpaid leave) hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). "Bisa dua hal efisiensi. Karyawan tetap digaji, kecuali ada kebijakan khusus. Ini yang menjadi tantangan. Bagaimana tetap produktif walaupun work from home," kata Jefri.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan, Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement