TikTok, Google, Facebook Rambah Belanja Online, E-Commerce Tersingkir?

Desy Setyowati
13 Oktober 2020, 16:00
TikTok, Google, Facebook Rambah Belanja Online, E-Commerce Tersaingi?
123RF.com/macrovector
Ilustrasi media sosial. Google, Facebook dan Tiktok akan menyediakan fitur belanja online.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda memperkirakan, perkembangan belanja online mengarah kepada social commerce atau bertransaksi di media sosial. Apalagi, beberapa platform seperti Facebook, Instagram, dan Instagram mengkaji penggunaan dompet digital.

Ditambah pemerintah belum mengatur social commerce. “Jadi lebih mudah untuk bertransaksi melalui media sosial. Apalagi tidak memungut biaya layanan seperti e-commerce,” kata Nailul kepada Katadata.co.id, Selasa (13/10).

Namun, kelemahan bertransaksi di media sosial yakni keamanannya tidak terjamin. Ini karena pembayarannya tidak ditampung dalam rekening bersama, seperti di e-commerce.

“Lebih banyak potensi fraud. Tetapi, ke depan saya yakin platform social commerce akan memperbaiki hal ini,” ujar dia.

Nailul juga menilai bahwa media sosial diminati karena penggunanya banyak. “Semakin besar pengguna maka semakin besar peluang penjual untuk mengembangkan usahanya,” kata dia.

Berdasarkan data GlobalWebIndex, penduduk Indonesia rerata mempunyai 10-11 akun media sosial pada kuartal I 2020. Ini tecermin pada Databoks di bawah ini:

Penggunaan media sosial pun meningkat selama pandemi virus corona. Berdasarkan survei Alvara Research Center, 82,7% responden menjadikan media sosial sebagai hiburan.

Berdasarkan survei idEA terhadap dua ribu responden pada 2017, transaksi online melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram mencapai 66%. Secara rinci dapat dilihat pada Databoks berikut:

Asosiasi sempat khawatir, masyarakat akan beralih ke media sosial jika pemerintah memajaki e-commerce. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mencabut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) mengenai pajak e-commerce pada Maret 2019, karena kerap disalahartikan sebagai pungutan baru.

Cara Google, TikTok, Facebook Luncurkan Fitur Belanja

Di tengah tingginya peminat e-commerce saat pandemi corona, Google menguji coba fitur belanja online di YouTube akhir pekan lalu (10/10). Pada masa percobaan ini, perusahaan mengintegrasikan fitur ini dengan Shopify Inc, e-commerce asal Kanada.

Juru bicara YouTube mengonfirmasi hal itu. Perusahaan juga sudah menawarkan langganan bagi pembuat konten, dan mengambil potongan 30% dari transaksi.

Sedangkan TikTok mengembangkan fitur serupa sejak akhir tahun lalu. “Kami selalu bereksperimen dengan cara-cara baru untuk meningkatkan pengalaman pengguna di aplikasi bagi pengguna," kata Juru Bicara ByteDance dikutip dari Tech Crunch, akhir tahun lalu (15/11/2019).

Melalui fitur itu, influencer dapat mengarahkan pengikutnya pada akun sponsor. Sedangkan calon konsumen dapat mengeklik tautan yang ada pada profil, lalu bakal diarahkan ke toko online.

Indonesia merupakan pasar keempat terbesar bagi TikTok. Ini terlihat pada Databoks di bawah ini:

Sedangkan Facebook mengembangkan fitur belanja sejak 2016. Perusahaan meluncurkan toko online, Facebook Shop yang memungkinkan pelanggan menelusuri produk dan menandai yang favorit pada Mei lalu.

Layanan tersebut kemudian tersedia di Indonesia pada awal September. Akses untuk berbelanja online pun diperluas bukan hanya di feed dan laman profil, tetapi juga galer, IGTV, dan platform baru pesaing TikTok yakni Reels.

Facebook juga berencana meluncurkan fitur pembayaran di Instagram bagi konsumen di AS terlebih dulu. Namun, ini akan tersedia bagi pedagang yang menggunakan layanan manajer niaga dari Facebook, Shopify dan BigCommerce.

Perusahaan juga menyediakan layanan katalog produk melalui WhatsApp, yang tersedia di Indonesia.

“Model bisnis kami di sini adalah iklan,” kata CEO Facebook Mark Zuckerberg dikutip dari The Guardian, Mei lalu (19/5). Oleh karena itu, perusahaan belum memungut komisi. “Mereka pada umumnya akan menawar lebih tinggi untuk iklan dan pada akhirnya kami akan menghasilkan uang dengan cara itu.”

Facebook dan YouTube menjadi platform media sosial yang paling banyak digunakan di dunia, pada April lalu. Datanya sebagai berikut:

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...