Kabar Terbaru Jack Ma: Sembunyi dari Sorotan Media, Bukan Hilang

Fahmi Ahmad Burhan
7 Januari 2021, 10:37
CEO Tesla Inc Elon Musk dan Ketua Eksekutif Alibaba Group Holding Ltd Jack Ma menghadiri Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) di Shanghai, China, Kamis (29/8/2019).
ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
CEO Tesla Inc Elon Musk dan Ketua Eksekutif Alibaba Group Holding Ltd Jack Ma menghadiri Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) di Shanghai, China, Kamis (29/8/2019).

Kepala konsultan teknologi BDA China yang berbasis di Beijing, Duncan Clark mengatakan bahwa Ma kemungkinan besar menghindari perhatian publik karena tekanan yang bertubi-tubi menghantam perusahaannya. "Ini adalah situasi yang cukup unik, lebih terkait dengan skala Ant Group dan kepekaan terhadap regulasi keuangan," katanya dikutip dari The Guardian pada Rabu (6/1).

Peneliti di Peterson Institute for International Economics Martin Chorzempa juga sependapat dengan Duncan. "Anda tidak ingin terlihat oleh publik ketika perusahaan Anda berada dalam situasi politik yang sangat rumit," katanya.

Tekanan bertubi-tubi memang dihadapi oleh Jack Ma atas perkembangan Ant Group. Setelah Ant Group gagal melantai di bursa saham atau IPO tahun lalu, Pemerintah Tiongkok meminta Ma merombak bisnisnya dengan melepas bisnis keuangan lain dan hanya menyediakan layanan pembayaran, Alipay.

Tidak hanya pada Ant Group, lini bisnis e-commerce mereka Alibaba juga ditekan Tiongkok. Pemerintah Tiongkok telah melakukan penyelidikan terhadap Alibaba atas dugaan monopoli sejak akhir 2020.

Bahkan, Jack Ma semakin tertekan ketika kemarin (6/1) Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump memblokir Alipay. Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang delapan aplikasi buatan Negeri Panda, termasuk Alipay, digunakan di AS. 

"Ini bertujuan mengantisipasi ancaman bagi warga Amerika yang ditimbulkan oleh aplikasi Tiongkok, yang memiliki basis pengguna besar dan akses ke data sensitif," kata pejabat senior pemerintahan yang tidak disebutkan namanya, dikutip dari Reuters, Rabu (6/1).

Berdasarkan data Sensor Tower, aplikasi Alipay diunduh 207 ribu kali di AS selama tahun lalu. AS khawatir, perangkat lunak ini memanfaatkan data pribadi warga Amerika.

"Pengumpulan data memungkinkan Tiongkok untuk melacak lokasi karyawan dan kontraktor federal, serta membuat berkas informasi pribadi," demikian tertulis pada dokumen pemblokiran tersebut.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...