Rahasia Pulihnya Bisnis Para Unicorn di Tengah Corona

Desy Setyowati
2 November 2020, 18:10
Mengintip Rahasia Bisnis Para Unicorn yang Pulih meski Ada Corona
123RF.com/Andriy Popov
Ilustrasi

Selain layanan kuliner, kedua startup bervaluasi jumbo itu berfokus pada layanan transportasi dan pembayaran. Mereka juga mengembangkan jasa pembelian bahan pokok dan digitalisasi warung, yang permintaannya meningkat saat pagebluk Covid-19.

Kemudian, keduanya mendorong efisiensi biaya saat pandemi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Grab memecat 360 karyawan, sementara Gojek 430 orang.

Sebelumnya, Kepala Ekuitas untuk ASEAN di China Renaissance Wee Leong Gan mengatakan bahwa layanan berbagi tumpangan tetap menjadi pilar inti untuk Gojek dan Grab. Layanan ini merupakan infrastruktur dasar untuk bisnis lainnya di platform.

“Permintaan pesan-antar makanan yang luar biasa selama pandemi Covid-19 harus dipenuhi oleh mitra pengemudi. Sebaliknya, akan membutuhkan waktu (bagi pemain lain) untuk membangun," kata Gan kepada Tech in Asia, akhir Juli lalu (31/7).

Selain decacorn, bisnis unicorn Tanah Air Traveloka mulai pulih. “Di tiga pasar domestik yang kami miliki yakni Indonesia, Thailand, dan Vietnam, pemulihan berjalan kuat,” kata President Traveloka Group Operations Henry Hendrawan dikutip dari Tech In Asia, Oktober lalu (20/10).

Di Indonesia, transaksi hotel mencapai sekitar 70-75% dibandingkan sebelum ada virus corona. Ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus, sebagaimana Databoks berikut:

Jumlah pengguna aktif mingguan di Android juga pulih dibandingkan penurunan tajam pada Maret lalu, meski masih jauh dibandingkan pra-pandemi.

Ia pun mengatakan, perusahaan akan mencapai titik impas (break even point/BEP) pada akhir tahun atau awal 2021, jika industri perjalanan pulih setidaknya 50% dibandingkan sebelum ada pageluk Covid-19. Selain itu, akan segera meraih keuntungan.

Pada Juli lalu, Co-Founder sekaligus CEO Traveloka Ferry Unardi menyampaikan bahwa bisnis di Vietnam mulai stabil dan mendekati periode sebelum adanya pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonominya memang positif ketika negara lain, termasuk Indonesia, negatif pada kuartal II lalu.

Sedangkan di Thailand, hampir melampaui 50% dibandingkan situasi normal. “Meskipun Indonesia dan Malaysia masih berada di tahap awal pemulihan, tapi kedua pasar ini terus memperlihatkan momentum yang menjanjikan dengan kemajuan dari minggu ke minggu,” kata Ferry dikutip dari siaran pers, Juli lalu (28/7).

Traveloka pun meluncurkan beragam layanan untuk mendorong transaksi, seperti tes risiko corona hingga tur virtual. Unicorn ini juga dikabarkan memangkas sekitar 100 karyawan atau 10% dari total pada April lalu. 

Sedangkan penggunaan layanan e-commerce seperti unicorn Tokopedia dan Bukalapak meningkat selama pandemi corona. Facebook dan Bain & Company memperkirakan, nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025, melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.

Tokopedia mencatat, jumlah penggunanya bertambah 800 ribu selama pagebluk virus corona. Sedangkan Bukalapak menyebutkan ada tambahan tiga juta lebih pelapak, serta mitra warung dan agen.

Selain itu, penggunaan layanan teknologi finansial (fintech) pembayaran meningkat saat pandemi. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:

Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengatakan, transaksi di e-commerce naik lebih dari 110% dan jasa pengiriman makanan 15% lebih. “Kami juga melihat pertumbuhan pengguna baru yang substansial, yaitu 276%,” kata Karaniya kepada Katadata.co.id, Oktober lalu (27/10).

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...