Studi Terbaru: Daur Ulang Sampah Plastik Dapat Tekan 69% Emisi GRK

Nadya Zahira
22 November 2023, 16:41
Kader lingkungan membuat ecobrik di Kelurahan Kaliwungu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (29/8/2023). Pemberdayaan ibu-ibu kader lingkungan dalam pembuatan ecobrik tersebut sebagai upaya mengurangi sampah plastik dengan mengolahnya menjadi barang ya
ANTARA FOTO/Syaiful Arif/rwa.
Kader lingkungan membuat ecobrik di Kelurahan Kaliwungu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (29/8/2023). Pemberdayaan ibu-ibu kader lingkungan dalam pembuatan ecobrik tersebut sebagai upaya mengurangi sampah plastik dengan mengolahnya menjadi barang yang lebih bermanfaat, contohnya sebagai pengganti batu bata, pembuatan sofa sofa, meja, kursi dan barang rumah tangga lainnya.

Laporan bertajuk ‘The Climate Benefits of Plastic Waste Management in India and Southeast Asia’ itu menyoroti pengelolaan sampah plastik di India, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Jika digabungkan, keenam negara tersebut menghasilkan 21,4 juta ton sampah plastik per tahun. 

Para peneliti merancang skenario jika sampah plastik tersebut berhasil dikelola dengan baik, ada sekitar 228,9 juta ton karbon ekuivalen yang akan berhasil dihindari. Ini setara dengan mematikan 61 pembangkit listrik batu bara.

Pembakaran sampah plastik menjadi salah satu penyumbang tertinggi emisi karbon. Setiap satu ton plastik yang dibakar akan menghasilkan tiga ton emisi karbon. 

“Berinvestasi di bisnis dan infrastruktur yang mengalihkan pembakaran plastik menjadi upaya daur ulang akan menjadi kunci utama pengurangan emisi di sektor limbah,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut. 

Sementara itu, mengaca pada data Kementerian KLHK, terdapat 28,8 juta ton sampah yang dihasilkan Indonesia pada 2022. Dari jumlah tersebut, 18,5% berupa sampah plastik. Sayangnya, hanya 18,4 juta ton sampah atau 65% yang berhasil dikelola. Adapun sisanya, 10,32 juta ton sampah atau 35% tidak terkelola. 

Sejumlah rumah tangga Indonesia sebenarnya sudah mengetahui soal pemilahan sampah organik dan anorganik. Sayangnya pengetahuan itu belum didorong dengan tindakan pemilahannya.

Hal itu selaras dengan laporan Statistik Perumahan dan Permukiman 2022 dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa sebanyak 39,92% dari 75 ribu rumah tangga sampel survei mengetahui pemisahan sampah tetapi tidak melakukannya. Rinciannya, rumah tangga perkotaan sebesar 46,63%, sedangkan perdesaan 30,76%.

 Proporsi itu terpaut tipis dengan rumah tangga yang tidak tahu dan tidak melakukan pemilahan sampah, sebesar 39,87%. Ketidaktahuan ini lebih banyak dialami rumah tangga perdesaan sebesar 49,83%, sedangkan perkotaan sebesar 32,56%.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...