Kinerja Manis Indo Tambangraya Ditopang Kenaikan Harga Batu Bara

Amelia Yesidora
21 Desember 2021, 12:10
Kinerja Manis Indo Tambangraya Ditopang Kenaikan Harga Batu Bara
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc.
Ilustrasi. Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020).

Kinerja Penjualan Indo Tambangraya

Sepanjang tiga kuartal pertama 2021, perusahaan menjual 14,8 juta ton batu bara. Sebanyak 21,6% batu bara atau 3,2 juta digunakan di dalam negeri, sementara bagian besar lainnya dikirim ke luar negeri. Ekspor tertinggi ke Cina hingga 27 % atau 4,1 juta ton, lalu ke Jepang 14 % (2,1 juta ton), ke Filipina 9,4 % (1,4 juta ton), dan ke Thailand 6,7 % (1 juta ton). 

Angka produksi ini belum dianggap memuaskan perusahaan, bahkan menyusut 7 % bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Total produksi pada Q321 berada di bawah target. Curah hujan yang tinggi terus berdampak pada semua situs pertambangan,” tulis ITMG dalam dokumen Investor dan Analyst Update November lalu.

Dalam dokumen ini juga disebutkan bahwa ada kemungkinan tinggi kekurangan pasokan (supply) batu bara di musim dingin tahun ini. Pertumbuhan ekspor Indonesia masih terbatas karena musim hujan, pencegahan Covid-19, dan tingginya permintaan domestik. Meski begitu, ekspor batu bara tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Sementara dari sisi permintaan (demand) batu bara, ITMG memperkirakan harga batu bara akan tetap tinggi pada musim dingin bahkan hingga 2022, terutama pada negara yang terletak di belahan bumi bagian utara. Hal ini bisa terjadi karena tingginya harga gas alam dan kebangkitan ekonomi pasca pandemi.

Indo Tambangraya menetapkan target penjualan batu bara 2021 sebanyak 20,2 hingga 20,4 juta ton dan seluruhnya sudah memperoleh kontrak penjualan. Untuk penetapan harga jual, ITMG sudah menetapkan nilai untuk 84% dari batu bara tersebut sementara 16% sisanya mengacu pada indeks harga batu bara.

Saham ITMG

Indo Tambangraya melantai di Bursa Efek Indonesia pada 18 Desember 2007 melalui penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO). Dalam penawaran saham itu, ITMG melepas 20 % sahamnya atau 225,9 juta lembar saham dengan harga Rp 14.000 per lembar. Di hari itu, harga saham ITM ditutup hijau 40% dari angka penawaran menjadi Rp 19.600. 

Pada 2010, induk usaha ITMG dari Singapura, Banpu Minerals, melepaskan 8,72%  sahamnya kepada publik. Dengan aksi ini, Banpu Minerals memiliki 65 % saham ITMG. Sampai kini, saham pengendali ITMG pasih dipegang oleh Banpu Minerals dengan rasio yang sama yaitu 736 juta lembar saham. Posisi kedua dipegang oleh publik sebesar 31,9 % dan sisa 2,9 % adalah posisi saham treasury.

Rabu pekan lalu (15/12), saham ITMG dibuka di harga Rp 20.375 dan ditutup di Rp 20.325. Angka penutupan itu cenderung stabil, berjumlah sama dengan penutupan hari sebelumnya.

Menyadur dari RTI Business, saham ITMG memiliki kinerja yang baik. Pada tiga tahun belakangan, saham ITMG memang menurun cukup besar yaitu 20,84 %. Namun kondisi itu berbalik pada tahun lalu dimana saham ITMG melambung tinggi di angka 93,57 %, peningkatan tertinggi selama lima tahun. Saham ini terus menghijau sampai pada minggu lalu mulai menurun 2,4 %.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...