Jika Sri Mulyani Tinggalkan Kabinet Jokowi, Ini Dampaknya ke Ekonomi

Ferrika Lukmana Sari
20 Januari 2024, 05:42
Sri Mulyani
ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
Presiden berdiskusi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani saat acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) APBN 2017 di Istana Negara, Jakarta, 7 Desember 2016.

Menurut Tauhid, ada dua alasan kenapa dampak mundurnya Sri Mulyani hanya bersifat sementara. Pertama, Sri Mulyani sudah memasuki masa transisi pemerintahan baru jelang Pilpres 2024. Kedua, tidak ada kasus besar atau krisis yang memberi efek terhadap ekonomi.

"Sekarang tidak ada kasus besar [yang beri efek besar terhadap ekonomi]. Artinya, saat ini hanya kasus-kasus masa lalu saja yang belum selesai," kata Tauhid.

Pengaruhi Kepercayaan Investor dan Kreditur

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai Sri Mulyani merupakan sosok yang punya kredibilitas, sehingga belum ada yang bisa menggantikannya sebagai Menkeu di kabinet Jokowi.

"Begitu Sri Mulyani dan menteri-menteri lain meninggalkan kabinet, maka efeknya akan terjadi shock kepada kepercayaan investor dan kreditur. Konsekuensinya akan susah dapat pinjaman dan kerja sama investasi," kata Bhima.

Menurut Bhima, dengan terganggunya kepercayaan investor, maka akan memengaruhi program transisi energi yang saat ini masih proses negoisasi dalam program Just Energy Transition Partneship (JETP). Bahkan program ini bisa jalan ditempat atau dibatalkan.

Proyek Pemerintah Berpotensi Terganggu

Selain itu, kata Bhima, ada potensi proyek pemerintahan lain akan terganggu dan investor lebih memilih menaruh dananya ke luar negeri. Kemudian akan memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.

Dengan dampak yang begitu besar, kemunduran Sri Mulyani akan berisiko tinggi. Maka dengan kabar mundurnya Sri Mulyani tersebut, bagi Bhima, sebagai bentuk shock therapy terhadap kebijakan Jokowi.

"Beberapa proyek infrastruktur mau digenjot, tapi anggarannya nggak ada, misalnya pembangunan IKN, ini akan menimbulkan konflik secara moral juga bagi Sri Mulyani," kata Bhima.

Jika Sri Mulyani masih bertahan, kata Bhima, maka kredibilitasnya akan dipertanyakan. Karena, kebijakan ekonomi Indonesia dinilai rapuh dan kepercayaan internasional sekarang juga bergantung pada Sri Mulyani.

"Hampir tidak ada, investor yang percaya langsung kepada Jokowi. Tentu perantara melewati Sri Mulyani atau Luhut Binsar Pandjaitan misalnya, tapi kredibilitas Sri Mulyani masih sangat penting di kabinet Jokowi," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Ferrika Lukmana Sari
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...