Y20 Mengajak Pemimpin G20 Memikirkan Ketimpangan Antar Bangsa

Intan Nirmala Sari
17 Juli 2022, 13:25
Marshiella Pandji, Delegasi Y20 untuk Youth Employment
Katadata

Target apa yang paling ingin dicapai dalam KTT Y20. Apa saja yang diusulkan?

Y20 ada empat track, tentu kita akan punya policy masing-masing yang ingin kita golkan. Untuk track ketenagakerjaan pemuda, tahun ini kita ada dua sub tema. Ada social protection atau social safety net untuk informal. Kemudian, kedua adalah youth social entrepreneurship, tentang kewirausahaan sosial pemuda, dan bagaimana itu bisa menjadi alternatif pathway untuk meng-address masalah ketenagakerjaan pemuda yang ada di level global atau G20.

Kalau secara umum, its just to ensure protection to all young workers. Terutama dalam konteks ini, untuk pekerja pemuda yang pekerjaannya tidak stabil, bekerja di sektor informal dan sebagainya. Bagaimana caranya kita bisa make sure mereka itu dibawa, digiring masuk ke dalam sistem. Artinya mereka diberikan perlindungan yang sama, setara dengan pekerja-pekerja lain yang full time, yang ada kontrak, jelas, dan sebagainya.

Dengan digitalisasi dan globalisasi, serta banyak hal yang terjadi di dunia ini, tren-tren pada dunia atau pasar tenaga kerja berubah. Makin banyak pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya enggak stabil, non standard, sehingga perlu pemikiran-pemikiran khusus, untuk gimana caranya kita bisa make sure pekerja-pekerja ini ter-protect dengan perlindungan sosial, selayaknya pekerja-pekerja lain.

Untuk track-track lain (Y20), tentu ada prioritas tersendiri, tapi kalau yang holistic, across track yang mau coba kita golkan, salah satunya adalah perspektif negara berkembang. Bagaimana kita perlu mengajak para pemimpin G20 untuk memikirkan bagaimana caranya supaya inequality across nation itu bisa lebih ter-address, gimana kita bisa lebih dirangkul untuk sama-sama maju. Artinya, supaya kita bisa sama-sama lebih advanced dalam berbagai hal, terutama meng-address dampak pandemi secara sosial dan ekonomi.

Kemudian satu hal yang generic yang mau coba kita dorong adalah, aspek diversity inclusion, karena itu salah satu track yang baru kita adakan tahun ini. Tahun lalu belum ada, dan kita ingin make sure bahwa semua pemuda dari berbagai kalangan, background, different background bisa terlibat dalam proses pengembangan kebijakan,dan kemudian apa yang mereka butuhkan juga didengarkan dan di address oleh para pemimpin.

Kalau di Indonesia, keragaman kita sangat kaya, dari yang setiap hari nonton Netflix, sampai sekolah online saja susah harus naik pohon, so many young people admit served.

Misi personal yang ingin dicapai pada KTT Y20?

Sebenarnya ini suatu kesempatan yang sangat membanggakan, Indonesia bisa menjadi presidensi G20. Jadi kalau dari saya pribadi, menyukseskan debat inklusif, untuk memastikan siapa pun terlibat dalam proses, make sure semua delegasi, terutama di Y20 terlibat dalam pembuatan komunike. Kemudian, kita bisa menghasilkan sesuatu yang lebih tangible.

Mungkin kebanyakan orang berfikir, dunia diplomasi atau hubungan internasional itu lumayan sering sifatnya hanya normatif, atau lip service, dampak tangible-nya apa ya? Mungkin harapanku tahun ini kita bisa menghasilkan resolusi atau komunike yang lebih tangible, instruktif, lebih konkrit.

Isu yang lebih prioritas untuk direalisasikan?

Semua pasti penting, tapi saya ada bias atau tanggung jawab tersendiri untuk memajukan policy issues yang berkaitan dengan ketenagakerjaan pemuda. Honestly, apa saja yang mendukung, ini tentang bagaimana kita bisa menggabungkan semua ide dan memilih yang paling mendesak sekali, dari apa yang sudah ditawarkan oleh delegasi-delegasi di berbagai negara.

Strategi untuk mengeksekusi target?

Kita start menyusun komunike dari Maret 2022, ketika masing-masing delegasi mengumpulkan proposalnya dan proses masih akan terus berjalan sampai KTT Y20 di Juli. 

Untuk sekarang, strateginya make sure everybody's, jadi kita punya ide dari semua delegasi, inklusif dan memasukkan apa yang menjadi best concerns. Setelah itu, harapannya ada upaya-upaya yang bisa kita lakukan, untuk mengomunikasikan itu dengan pihak-pihak yang lebih punya kewenangan. 

Saya pikir, kami sebagai delegasi Indonesia punya advanced, privilege untuk mencapai itu. Hopefully, kita bisa mengomunikasikan dengan mereka terkait apa yang bisa dilakukan selanjutnya, untuk make sure apa yang kita tulis di komunike bisa jadi considerate mereka.

Strategi menggandeng negara lain?

Biasanya kita melakukan apa yang namanya bilateral. Jadi diskusi-diskusi dua arah, misalkan Indonesia dengan negara tertentu. Itu saya rasa jadi salah satu strategi yang baik juga untuk, dari satu sisi perkenalan, tapi di lain sisi kita bisa belajar lebih dalam tentang proposal seperti apa yang mereka mau capai dan poin-poin apa yang mereka anggap penting. 

Dari situ, kemudian kita bisa menempatkannya dengan delegasi-delegasi yang ide-idenya paling mirip dengan kita, sehingga ketika di forum besar, kita punya leverage yang lebih besar untuk mengeluarkan poin itu.

Data ILO, Indonesia di posisi 100-an, ke depan Indonesia bisa ke peringkat berapa dan butuh waktu berapa?

Susah ya, data tentang productive labour, itu kan interception policy sector, tidak hanya pekerjaan, tapi juga education policies, jadi susah juga menjawab targetnya. 

Possible atau impossible masuk 10 besar?

Enggak ada yang enggak mungkin, tapi pertanyaannya kapan dan bagaimana caranya ke situ. Jadi mungkin yang bisa saya highlight, ini adalah suatu kerja kolaborasi lintas sektor yang enggak bisa hanya satu menteri saja yang membuat kebijakan bagus, tapi yang lain tidak. Kita harus bikin ekosistem yang benar-benar kondusif untuk capacity building pemuda-pemuda kita. 




Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...