Pertamina Patra Niaga menghentikan operasional SPBU di Ciceri, Banten, untuk investigasi setelah video menunjukkan BBM Pertamax lebih gelap dibandingkan SPBU lain.
Kementerian ESDM memprediksi kenaikan konsumsi Pertamax 11,2% dan Pertalite 11,7% pada Lebaran 2025, meskipun terjadi penurunan pada Biosolar karena pembatasan transportasi logistik.
Menteri Bahlil memaparkan penurunan konsumsi Pertamax sekitar 5% akibat isu BBM oplosan, menegaskan pemerintah akan tetap memastikan kualitas produk BBM dengan pemeriksaan dari Lemigas.
Penjualan Pertamax Pertamina mengalami penurunan signifikan setelah munculnya isu BBM dioplos, memicu pergeseran konsumen ke Pertalite dan Pertamax Turbo.
Jaksa Agung dan Direktur Utama Pertamina mengadakan pertemuan untuk membahas tata kelola minyak dan menegaskan bahwa Pertamax saat ini sesuai standar spesifikasi teknis.
Pertamina mengundang pihak ketiga dan masyarakat untuk terlibat dalam uji kualitas BBM, menunjukkan transparansi dan upaya meningkatkan kepercayaan publik terhadap standar BBM yang mereka sediakan.
Kementerian ESDM melalui Lemigas menegaskan bahwa BBM yang dijual di SPBU telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan, termasuk angka oktana dan kandungan sulfur.
BBM Pertamina telah lulus pengujian Lemigas, meskipun ada kecurigaan korupsi di PT Pertamina mengenai pembelian RON yang lebih rendah dan praktek blending yang salah.
Mantan Dirjen Migas periode 2020-2024 Tutuka Ariadji mengatakan blending sudah dilakukan untuk memproduksi BBM Pertalite dengan angka oktan atau RON 90.
Pertamina memastikan semua BBM termasuk Pertamax oktan 92 memenuhi standar Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, dengan pengawasan ketat dari Kementerian ESDM.
PT Pertamina Patra Niaga mencatat penurunan penjualan BBM Pertamax sebesar 5% pada 25 Februari 2025, akibat isu pengoplosan, meskipun penjualan harian tetap stabil.