Jokowi Ganti Mendag, Ini Deretan Masalah yang Gagal Ditangani Lutfi

Tia Dwitiani Komalasari
15 Juni 2022, 13:45
Menteri Perdagangan M Lutfi mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR di komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (17/3/2022).
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Menteri Perdagangan M Lutfi mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR di komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Pertama adalah penangkapan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana, oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Wisnu menjadi tersangka kasus korupsi terkait pemberian izin ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah yang merupakan bahan baku minyak goreng. Selain Wisnu, Kejaksaan Agung juga menetapkan tiga tersangka lain dari pihak swasta.

Kedua yaitu Tahan Banureja yang menjadi staf ahli Kemendag. Penahanan tersebut terkait dengan jabatannya sebagai Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Tata Usaha periode 2017-2018 dan Kepala Seksi (Kasi) Barang Aneka Industri periode 2018-2020. Dalam periode dua jabatan tersebutlah dugaan korupsi terhadap impor besi terjadi.

3. Indonesia kebanjiran impor

Presiden Joko Widodo berulang kali menegur bawahannya karena impor yang sangat tinggi, sementara barang serupa bisa diproduksi di dalam negeri. Impor tersebut bahkan dilakukan oleh kementerian dan Lembaga dengan menggunakan APBN.

Pada 25 maret 2022, Jokowi menegur menterinya karena masih mengimpor alat kesehatan, seragam TNI, dan juga traktor untuk pertanian. Meskipun impor tersebut dilakukan oleh berbagai kementerian, namun Mendag merupakan penanggung jawab yang mengeluarkan persetujuan pada impor tertentu.

 4. Harga pangan tinggi

Selain minyak goreng, Mendag Lutfi juga masih belum bisa menyelesaikan masalah harga pangan yang tinggi. Berdasarkan data Harga Pangan Nasional yang dikutip, Rabu (15/6), harga cabai merah keriting kini mencapat Rp 72.200 per kilogram (kg), dan harga cabai merah besar senilai Rp 67.950 per kg. Sementara harga bawang merah mencapai Rp 50.250 per kg.

Mendag juga gagal mengatasi kelangkaan dan kenaikan harga jagung yang menyebabkan harga pakan melonjak. Hal ini berdampak pada harga telur di pasaran.

Berdasarkan survei Jakpat, 75% masyarakat memilih mengurangi penggunaan minyak goreng saat harganya tinggi dan ketersediannya langka.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...