Saling Silang Bisnis Memicu Persaingan Ketat Empat Unicorn

Desy Setyowati
27 November 2020, 13:30
Memasuki Era Ketatnya Persaingan Unicorn di Indonesia
Aleksandr Khakimullin/123rf
Ilustrasi

“Ke depan, Dhanapala akan terus berkolaborasi dan berinovasi untuk mempermudah para pelaku usaha di Indonesia, khususnya UMKM lokal, mengembangkan bisnis,” ujar VP of Corporate Communications Tokopedia sekaligus Komisaris Dhanapala Nuraini Razak kepada Katadata.co.id, September lalu (1/9).

Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy 2020’, unicorn di hampir seluruh sektor merambah bisnis keuangan baik pembayaran, asuransi, remitansi, investasi maupun pembiayaan. Ini tergambar pada bagan di bawah ini:

Startup di sektor lain di Asia Tenggara merambah bisnis fintech
Startup di sektor lain di Asia Tenggara merambah bisnis fintech (e-Conomy 2020)

Partner and Leader, Bain and Company’s Southeast Asia Private Equity Practice Alessandro Cannarsi mengatakan, layanan keuangan digital merupakan sektor yang ‘hot’ dalam ekonomi digital di Asia Tenggara. “Konsumen dan UKM masif mengadopsi layanan ini pada 2020. Peningkatan ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata dia dalam acara virtual pemaparan e-Conomy 2020, Selasa lalu (24/11).

Pertumbuhan bisnis fintech pembayaran dan remitansi di Asia Tenggara
Pertumbuhan bisnis fintech pembayaran dan remitansi di Asia Tenggara (e-Conomy 2020)

Namun, persaingan di antara para unicorn Indonesia bukan hanya pada layanan keuangan dan penjualan kebutuhan pokok. Shopee menyaingi Gojek dan Grab dengan masuk ke jasa pesan-antar makanan melalui Shopee Food.

Induknya, Sea Group juga mengakuisisi Foody Corporation untuk menyediakan layanan pesan-antar makanan dengan nama Now di Vietnam.

Tak sampai di situ, Gojek dan Grab juga bersaing dengan para unicorn e-commerce di sektor digitalisasi UMKM. Grab mempunyai GrabKios, sementara Gojek meluncurkan GoToko September lalu.

Sedangkan Bukalapak lebih dulu merambah sektor ini, dan memiliki enam juta mitra warung dan agen. Unicorn bahkan didukung oleh Microsoft untuk mengadopsi teknologi komputasi awan (cloud).

Tokopedia juga merambah bisnis online to offline (O2O) tersebut, dengan jutaan mitra. Perusahaan mengklaim, pendapatan mitra meningkat dua kali lipat setelah bergabung.

Selain itu, Gojek dikabarkan bakal meluncurkan layanan baru melalui Moka yang diberi nama GoStore. Produk ini disebut-sebut bakal menghubungkan bisnis pelaku UMKM dengan media sosial, yang konsepnya mirip dengan social commerce.

Pada situs Mokaposhelp.zendesk.com, GoStore merupakan etalase yang memungkinkan pedagang membuat toko online sendiri dan terhubung ke media sosial untuk menjangkau lebih banyak pengguna. Moka merupakan startup kasir digital (point of sale/POS) yang diakuisi Gojek pada April lalu.

Meski begitu, pada situs Moka dijelaskan bahwa GoStore memungkinkan pengguna untuk membayar dan menerima pesanan langsung dari media sosial. Platform ini akan didukung beragam layanan pembayaran seperti kartu debit dan kredit, serta dompet digital (e-wallet). Selain itu, difasilitasi jasa pengiriman instan.

Jika Gojek benar meluncurkan GoStore, maka layanannya yang berfokus mendukung UMKM semakin lengkap. Decacorn ini memiliki GoBiz, aplikasi untuk mengelola bisnis.

GoBiz menyediakan fitur sistem kasir atau POS, promosi,  monitor penjualan melalui dasbor digital, pengiriman makanan via GoFood, dan pembayaran dari GoPay. Platform ini digunakan oleh 600 ribu lebih merchant.

Kemudian, Bukalapak menyediakan beragam layanan baru layaknya aplikasi super (superapp), seperti Gojek dan Grab. Produk anyar ini di antaranya agregator logistik, pencarian hunian, konsultasi hukum, fintech hingga Agen Penjual Reksa Dana (APERD).

Beda Superapp Indonesia dan Tiongkok

Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners Yinglan Tan mengatakan, pengembangan superapp di Tiongkok dan Asia Tenggara berbeda. Di Negeri Panda, biaya pengembangan bisnisnya sangat mahal.

“Ini membutuhkan pengembangan aplikasi super sesuai selera lokal dari setiap pasar baru. Selain itu, membentuk tim lokal untuk mendorong distribusi dan operasi, sambil bersaing dengan pemain lokal untuk setiap layanan yang ditawarkan,” kata Tan dikutip dari Kr-Asia, September lalu (6/9).

Raksasa teknologi Tiongkok seperti WeChat dan Alipay menerapkan strategi program mini atau aplikasi kecil di dalam platform asli, yang dapat diakses sesuai permintaan untuk melakukan berbagai fungsi. Di regional, sebagian besar mengembangkan layanan sendiri (in-house) atau akuisisi.

Tan menilai, model ‘hiper-vertikal’ lebih cocok di Asia Tenggara. Alih-alih menangani banyak sektor dalam satu aplikasi, platform hiper-vertikal berfokus pada layanan yang berkaitan dengan produk utama.

"Ini cara bagi perusahaan teknologi di kawasan untuk mengukir kepemimpinan pasar dengan menelusuri apa yang mereka kuasai, daripada ‘menembak dalam kegelapan’," kata Tan, "Ini mengurangi kesulitan dan risiko di tengah usaha menantang dari ekspansi regional.”

Ia mencontohkan Tokopedia yang masuk ke bisnis fintech lending dan layanan percetakan, Tokopedia Print. “Mengembangkan aplikasi super adalah tentang menciptakan opsionalitas bisnis,” ujar Tan.

Peneliti Morgan Stanley Mark Goodridge memperkirakan, ukuran pasar superapp di Asia Tenggara sekitar US$ 4 miliar. Nilainya diprediksi meningkat hampir enam kali lipat menjadi US$ 23 miliar pada 2025.

Dia menilai, masa depan aplikasi super akan didorong oleh fintech, bank digital, dan e-commerce. Namun, berbagi tumpangan (ride-hailing) dan pesan-antar makanan tetap menjadi yang utama.

Meski begitu, para startup jumbo ini membutuhkan kucuran dana yang besar untuk mengembangkan bisnis. Lalu, apa keuntungan bagi investor? Morgan Stanley mencontohkan superapp Tiongkok. “Pengembalian investasinya diproyeksikan tumbuh  20% selama beberapa tahun ke depan,” demikian dikutip dari situs EDB Singapura, Juli lalu (20/7).

Untuk berbagi tumpangan, perusahaan diprediksi meraup untung rerata 10 tahun. Untuk pesan-antar makanan 11 tahun. Lalu, e-commerce sekitar lima sampai tujuh tahun.

“Tetapi poin utamanya yakni, karena pasar menjadi lebih rasional dan pemain terus mengembangkan skala yang lebih besar, profitabilitas dapat dicapai,” demikian dikutip.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...