Ada Zombi Unicorn, Investor Sarankan Startup Genjot Profit Sebelum IPO

Fahmi Ahmad Burhan
25 Mei 2022, 12:33
ihsg, ipo startup, startup, ipo, startup gagal, investor, goto, bukalapak
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.
Pekerja membersihkan podium berlatar belakang layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022).

CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro juga mengatakan, bagi startup yang berencana IPO, tidak ada salahnya untuk tetap menjalankan aksi sesuai rencana. "Investornya akan senang saja kalau IPO. Ini akan membawa likuiditas ke investor," ujarnya.

Akan tetapi, startup yang berencana IPO harus memastikan dirinya mencapai profitabilitas. "Kalau sudah ada peta jalan ke profit, dia bisa-bisa saja IPO," kata Eddi.

Sebelumnya, perusahaan modal ventura Jungle Ventures menyarankan startup portfolionya untuk tidak buru-buru IPO.

Founding Partner Jungle Ventures Amit Anand juga menyampaikan, tiga startup portofolionya menunda rencana IPO. Ia tidak memerinci nama perusahaan rintisan yang dimaksud.

Namun, Kredivo merupakan salah satu startup portofolio Jungle Ventures. Pada Maret, perusahaan teknologi finansial (fintech) ini mengumumkan batal merger dengan perusahaan cek kosong (SPAC) VPC Impact Acquisition Holdings II.

Anand mengatakan, Jungle Ventures memang menyarankan startup portofolio untuk tidak terburu-buru kembali ke pasar, mengingat volatilitas baru-baru ini dan kendala sisi penawaran.

"Kami melihat sedikit koreksi besar,” kata Anand dikutip dari CNBC Internasional, akhir pekan lalu (19/5). “Jika mereka bisa, mereka harus memperhatikan ini sedikit lebih lama sebelum kembali ke pasar sehingga memiliki sedikit lebih banyak prediktabilitas.”

Volatilitas harga saham memang tengah dirasakan oleh perusahaan teknologi di negara lain, seperti di Silicon Valley, AS. Beberapa di antaranya juga melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK.

Silicon Valley merupakan pusat inovasi di Amerika yang mencetak banyak perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Facebook, Google, Netflix, Tesla, Twitter hingga Yahoo. Letaknya di selatan San Francisco, California, AS. Wilayah ini menampung sekitar 2.000 perusahaan teknologi.

Sejumlah perusahaan teknologi di Silicon Valley, AS mencatatkan kinerja buruk dan disebut zombie unicorn. Frasa zombi unicorn merujuk pada perusahaan rintisan bernilai tinggi tetapi goyah dan membutuhkan investor baru untuk menyelamatkan bisnis mereka.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...