Peluang Bisnis Baterai Tumbuh Pesat di Era Mobil Listrik

Sorta Tobing
30 Desember 2020, 17:32
baterai listrik, mobil listrik, bkpm, bahlil lahadalia, emisi karbon, uni eropa, tiongkok, amerika serikat, antam, lg energy, catl, mind id, inalum
123rf.com/malp
Ilustrasi. Bisnis baterai listrik diperkirakan akan tumbuh pesat seiring dengan peningkatkan pemakaian kendaraan listrik.

Permintaanya di Eropa akan melampaui 200 gigawatt hour pada 2023 dan mencapai 400 gigawatt hour di 2028. Peningkatan itu akan menciptakan tiga juta hingga 4 juta pekerjaan di Benua Biru.

Kawasan itu jauh tertinggal di belakang Asia dalam hal manufaktur sel baterai lithium-ion. Saat ini 90% produksi dunia berada di Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang.

Namun, Eropa berambisi mengejar ketertinggalan itu dalam satu dekade ke depan. Pada 2022, kapasitas produksi globalnya akan naik 8% sehingga dapat melayani 7% sampai 25% permintaan dunia pada 2028. 

CLIMATE-CHANGE/ACCORD-BRITAIN
Ilustrasi mobil listrik berbasis baterai.  (ANTARA FOTO/REUTERS/Antonio Bronic)

Geliat Bisnis Baterai di Indonesia

Indonesia pun sedang melakukan langkah serupa. Konsorsium badan usaha milik negara atau BUMN, terdiri dari MIND ID (Inalum), PLN, dan Pertamina akan membentuk bisnis baterai dari hulu hingga hilir bernama Indonesia Holding Battery.

Salah satu produsen baterai terbesar dunia asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), bakal menggelontorkan investasi senilai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 71 triliun ke Indonesia. Dana ini untuk merealisasikan pembangunan pabrik baterai lithium-ion

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan pabrik tersebut ditargetkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2024. CATL telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Anak usaha MIND ID, yaitu PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam

Perusahaan pelat merah ini akan memasok bahan baku pembuatan baterainya. Sebagai gantinya, CATL memastikan 60% proses pemurnian nikelnya, bahan baku baterai, dikerjakan di Indonesia. “Kami tidak mau mereka dapat nikel tapi prosesnya di luar negeri,” kata Septian pada 15 Desember lalu.

Lalu, LG Energy Solution akan berinvestasi sebesar US$ 9,8 miliar dalam proyek tersebut. Nilai penanaman modal itu sekitar Rp 138 triliun dengan kurs Rp 14.083 per dolar AS. “Belum pernah ada investasi pasca-Reformasi sebesar ini,” kata Bahlil. 

LG Energi Solution tidak sendiri masuk ke Indonesia. Ada beberapa perusahaan terlibat, termasuk Hyundai. Dengan begitu, pemerintah menargetkan pembangunan pabrik baterai lithium-ion tersebut akan terintegrasi dari hulu hingga hilir. “Ini pertama di dunia, ada tambang, smelter (pabrik pemurnian), produksi baterai, mobil listrik, hingga recycle-nya,” ujarnya.

Lokasinya akan terbagi dua. Untuk hulu, yaitu tambang dan smelter, di Maluku Utara. “Di tambang nikel Antam (Aneka Tambang),” kata Bahlil. Rencana peletakan batu pertamanya akan berlangsung pada semester pertama 2021. 

Di sektor hilirnya, yaitu pabrik baterai dan recycle, akan berada di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah. Untuk pabrik mobil listrik telah Hyundai bangun di Kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat. Perusahaan akan mulai memproduksi kendaraan ramah lingkungan itu pada tahun depan. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...