Tertekan Harga Batu Bara dan CPO, Neraca Perdagangan RI Diramal Anjlok
Kontraksi laju impor yang lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi ekspor dipengaruhi oleh permintaan domestik yang terus menguat terindikasi dari PMI Manufaktur Indonesia meningkat dari 51,7 pada November 2023 menjadi 52,2 pada Desember 2023.
“Peningkatan PMI Manufaktur pada bulan Desember tersebut merupakan yang tertinggi sejak September 2023, dengan pertumbuhan produksi mencapai puncak dalam empat bulan dan pesanan baru mengalami kenaikan paling signifikan sejak Sep 2023,” ujar Josua.
Impor Tekan Kinerja Perdagangan RI
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan, surplus neraca perdagangan pada akhir tahun 2023 diproyeksi sebesar US$ 1,83 miliar, atau turun dari US$ 2,41 miliar pada November 2023.
Andry mengungkapkan, angka surplus tersebut seiring dengan kenaikan impor di tengah penurunan ekspor secara bulanan.
Impor pada Desember 2023 diperkirakan akan naik 2,11% secara bulanan atau month-to-month (mom) dan secara tahunan naik 0,68% mom. Adapun ekspor turun 0,77% mom dan secara tahunan turun 8,38% yoy.
Peningkatan impor disebabkan oleh PT Pertamina yang memiliki kelebihan stok untuk pertalite pada Desember 2023. Apalagi, impor minyak sudah dilakukan sejak juli 2023 untuk stok akhir tahun.
“Sedangkan yang mempengaruhi ekspor adalah volume batu bara yang naik, membuat harga cenderung turun. Permintaan CPO ke Malaysia dan India cenderung turun, serta harga nikel yang menunjukkan pelemahan,” ujar Andry dalam risetnya, Senin (15/1).
Maka dari itu, sepanjang tahun 2023 Andry memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mencetak surplus US$ 35,46 miliar. Dengan nominal ekspor sebesar US$ 258,22 miliar dan nominal impor berada di kisaran US$ 222,3 miliar.