- SoftBank dikabarkan mendorong Gojek dan Grab ataupun Gojek dengan Tokopedia merger untuk mengalahkan induk Shopee
- Induk Shopee, Sea Group merambah bisnis bank digital dan pesan-antar makanan di Indonesia
- Jika Gojek dan Tokopedia merger, lalu Alibaba berinvestasi di Grab, maka persaingan semakin ketat
SoftBank dikabarkan mendorong Grab merger dengan Gojek. Namun belakangan, investor asal Jepang ini mendukung Tokopedia mengkaji konsolidasi dengan Gojek. Ini dilakukan untuk mengalahkan induk Shopee, Sea Group.
Sea Group memang terus mengembangkan bisnis baik di sektor e-commerce lewat Shopee, gim online melalui Garena, dan layanan keuangan SeaMoney. Bahkan, emiten yang melantai di bursa saham New York ini dikabarkan menanti restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjadi pengendali Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE).
Kabar itu menguat setelah muncul pengumuman perekrutan karyawan di laman “Karier” Shopee beberapa waktu lalu. Mereka tengah mencari tenaga kerja untuk ditempatkan di SeaMoney – Bank BKE, yang merupakan bagian dari Sea Group.
Namun, OJK belum dapat berkomentar mengenai kabar tersebut. “Saya cek dulu,” kata Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat kepada Katadata.co.id, Kamis (14/1).
Rumor tersebut muncul di saat induk Shopee itu memperoleh lisensi bank digital di Singapura pada bulan lalu (4/12/2020). Grab mendapatkan izin serupa, sementara Gojek merambah bisnis ini lewat Bank Jago.
Selain bank digital, induk Shopee itu merambah bisnis pesan-antar makanan yang lebih dulu digarap oleh Gojek dan Grab di regional. Sea Group mengakuisisi Foody Corporation untuk menyediakan layanan pesan-antar makanan dengan nama Now di Vietnam pada Oktober 2020 lalu.
Di Indonesia, Shopee membuka perekrutan pengemudi ShopeeFood pada akhir tahun lalu. “Mau makanan favorit tanpa keluar rumah? Semua ada di Shopee Food,” demikian dikutip dari channel YouTube @ShopeeIndonesia, akhir pekan lalu (10/1).
Sea Group, Gojek, Grab Rambah Bank Digital
Bank digital menjadi sektor yang mulai diincar oleh ketiga startup jumbo tersebut. Sea Group dan konsorsium Grab -Singapore Telecommunications Limited (Singtel) memperoleh lisensi bank digital penuh alias DFB di Singapura.
Otoritas keuangan Singapura (MAS) memperkirakan, bank berbasis online baru beroperasi pada awal 2022.
Sedangkan para analis menilai, kehadiran para pemegang lisensi itu akan berdampak kecil terhadap tiga bank lokal besar di Singapura yakni DBS Group Holdings, Oversea-Chinese Banking Corp dan United Overseas Bank. Akan tetapi, mereka dapat menggunakan kesempatan itu untuk memperluas layanan ke pasar Asia Tenggara lainnya.
Kini, kabar induk Shopee merambah bank digital di Tanah Air berhembus kencang. Sedangkan Grab berinvestasi di startup teknologi finansial (fintech) pembayaran Indonesia, OVO dan LinkAja.
Decacorn lokal, Gojek juga masuk ke sektor ini dengan meningkatkan kepemilikan saham di Bank Jago menjadi 22%. “Kolaborasi ini akan menjadi awal dari cara baru dalam menawarkan layanan keuangan kepada para pengguna,” kata Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dikutip dari siaran pers, bulan lalu (18/12/2020).
Shopee, Gojek, Grab di Bisnis Fintech
Sebelum bank digital, ketiga perusahaan merambah bisnis keuangan lewat fintech. Di Indonesia, Gojek memiliki GoPay dan Sea Group lewat ShopeePay. Sedangkan Grab berinvestasi di OVO dan LinkAja.
Berdasarkan riset Snapcart dan MarkPlus, jumlah transaksi ShopeePay lebih banyak dibandingkan OVO dan GoPay selama Juni Agustus 2020. Hasil survei Snapcart dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Hasil survei Snapcart selama September-Desember 2020 dan Ipsos pada Oktober 2020 pun menunjukkan, ShopeePay memimpin layanan pembayaran digital di Nusantara di masa pandemi corona.
Sedangkan data DailySocial, GoPay menempati peringkat teratas pada tahun lalu. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:
Padahal, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa OVO menguasai pasar uang elektronik di Indonesia yakni 20% pada 2019. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
2015 | 2019 | ||
Perusahaan | Pangsa pasar % | Perusahaan | Pangsa pasar % |
Bank Mandiri | 20 | OVO | 20 |
BCA | 19 | Bank Mandiri | 19 |
XL Axiata | 19 | GoPay | 19 |
BRI | 10 | DANA | 10 |
Telkomsel | 10 | BCA | 10 |
Bank Mega | 1,1 | BRI | 6,3 |
BNI | 1 | LinkAja | 5,8 |
Bank DKI | 0,8 | ShopeePay | 3,7 |
Indosat | 0,4 | BNI | 1,3 |
CIMB Niaga | 0,1 | Doku | 1,2 |
Sumber: BI
Meski begitu, Grab memperkuat layanan keuangannya di Indonesia dengan berinvestasi di LinkAja pada November 2020. Lalu data CB Insights menunjukkan bahwa Grab dan Tokopedia merupakan investor OVO.
Anak usaha Grab di bidang keuangan, Grab Financial Group pun memperoleh pendanaan seri A US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 triliun pada awal tahun ini (14/1). Investasi ini dipimpin oleh Hanwha Asset Management Korea Selatan, serta melibatkan investor lain seperti K3 Ventures, GGV Capital, Arbor Ventures, dan Flourish Ventures.
Rumor Merger Gojek, Grab, Tokopedia versus Shopee
Selain sektor keuangan, Gojek dan Grab mulai memperkuat bisnis e-commerce. Apalagi, masyarakat beralih ke belanja online di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan riset Facebook dan Bain and Company, konsumen digital di Indonesia diperkirakan meningkat dari 119 juta pada 2019 menjadi 137 juta tahun lalu. Persentasenya pun melonjak dari 58% menjadi 68% terhadap total populasi.
Sedangkan jumlah konsumen digital di Asia Tenggara tertera pada Databoks di bawah ini:
Di Indonesia, Shopee memimpin dari sisi jumlah kunjungan. Angkanya tertera pada Databoks berikut:
Berdasarkan laporan keuangan Sea Group per Kuartal III 2020, pendapatan meningkat 99% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 1,21 miliar atau Rp 17 triliun. Namun, rugi bersih melonjak dua kali lipat menjadi US$ 425 juta atau Rp 5,9 triliun.
Laba kotornya naik 100,6% yoy menjadi US$ 407,6 juta. Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang disesuaikan US$ 120,4 juta, membaik dibandingkan periode sama di 2019 yang negatif US$ 30,8 juta.
Pendapatan dari lini bisnis e-commerce naik 173,3% yoy menjadi US$ 618,7 juta. Ini mencakup pendapatan pasar US$ 467,1 juta, salah satunya berasal komisi transaksi. Lalu, dari iklan, layanan nilai tambah, dan produk US$ 151,6 juta.
Harga saham Sea Group pun melonjak 385% pada tahun lalu. "Kami berharap, kinerja yang sangat kuat pada kuartal tiga akan bertahan hingga keempat," kata CEO Sea Group Forrest Li dikutip dari Asia Nikkei Review, November lalu (17/11/2020).
SoftBank dikabarkan mendesak Gojek dan Grab merger karena khawatir dengan pertumbuhan Sea Group. Sejak mencatatkan saham perdana atau IPO pada 2017, nilai pasarnya sekitar US$ 97 miliar.
Sedangkan bisnis Gojek, Grab, dan Tokopedia yang dikabarkan merger dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Grab | Gojek | Tokopedia | |
Cakupan* | 8 negara | 4 negara | Indonesia |
Mitra pengemudi | 9 juta (keseluruhan) | 2 juta | - |
Mitra penjual | 900 ribu | 9,9 juta | |
Jumlah unduhan | 205 juta kali | 190 juta kali | - |
Pengguna aktif bulanan | - | 38 juta | 100 juta |
Valuasi | US$ 14 miliar | US$ 10 miliar | Mendekati US$ 10 miliar |
Sumber: Gojek, Grab, Tokopedia, CB Insights
Bloomberg memperkirakan, valuasi gabungan Gojek dan Grab mencapai US$ 25 miliar. Sedangkan Gojek dengan Tokopedia, valuasinya diprediksi US$ 18 miliar.
Namun, belakangan Gojek diisukan mengkaji merger dengan Tokopedia. “Kedua pihak melihat potensi sinergi dan ingin menutup kesepakatan secepat mungkin dalam beberapa bulan ke depan,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya karena diskusi bersifat tertutup, dikutip dari Bloomberg, pekan lalu (5/1).
Gojek dan Tokopedia dikabarkan telah mempertimbangkan potensi merger sejak 2018. Sumber menyampaikan, diskusi ini dipercepat setelah pembicaraan kesepakatan antara Gojek dan Grab menemui jalan buntu.
Jika Gojek jadi merger dengan Tokopedia, maka bisnis e-commerce-nya semakin kuat. Saat ini, decacorn Tanah Air itu sudah menggaet JD.ID di platform.
Di satu sisi, Alibaba juga dikabarkan bakal menyuntik modal Grab. Isu ini muncul pada September 2020 atau sebelum bisnis Jack Ma ini tertekan oleh pemerintah Tiongkok.
Jika raksasa teknologi Negeri Panda itu jadi berinvestasi di Grab, persaingan Lazada dan Shopee diperkirakan semakin ketat. “Alibaba berencana mengintegrasikan layanan jaringan pengiriman Grab dengan platform e-commerce, Lazada,” demikian kata sumber Bloomberg, dikutip September tahun lalu (14/9/2020).
Meski belum ada konfirmasi mengenai kabar investasi, Grab dan Lazada sudah menjalin kerja sama di Vietnam pada November lalu (10/11/2020). Kemudian, Grab dan OVO menggandeng e-commerce asal Singapura itu di Indonesia.
Apabila Gojek jadi merger dengan Tokopedia dan Alibaba berinvestasi di Grab, maka persaingan startup e-commerce di Asia Tenggara semakin ketat.
CEO perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura, Momentum Works, Li Jianggan menilai bahwa mengintegrasikan bisnis yang digabungkan bisa jadi sulit. Apalagi, untuk sektor yang berbeda dan tanpa pihak yang memimpin secara jelas.
Sedangkan selama ini, Tokopedia memanfaatkan Gojek dan Grab untuk pengiriman barang. Dari sisi pembayaran, Tokopedia dan Grab berinvestasi di OVO. “Merger ini, dalam dua kata, sangat kompleks,” demikian kata Li dalam kolom opini di SCMP, akhir pekan lalu (7/1).
Meski begitu, ia mengatakan bahwa Tokopedia dan Gojek kehilangan uang dan pangsa pasar. “Menggalang dana tambahan dari pasar swasta menjadi sangat sulit, dan SoftBank, investor utama Tokopedia, secara terbuka mengatakan tidak akan menalangi perusahaan portofolio mana pun,” demikian dikutip.
Oleh karena itu, menurutnya kedua perusahaan mencari cara untuk lolos dari situasi ini. Salah satu caranya dengan mengkaji merger. “Supaya merger masuk akal, entitas gabungan tidak hanya membutuhkan cerita, tetapi juga jalur yang layak untuk menangkis persaingan, mencapai profitabilitas, dan kemampuan mengeksekusi dengan baik,” demikian dikutip.
Namun Li menilai, Grab memimpin industri di regional. Sedangkan Sea Group memiliki bisnis video game yang menguntungkan.
Di satu sisi, para startup tetap memperebutkan pasar Indonesia yang menjadi basis Gojek dan Tokopedia, karena populasi dan potensi pasarnya yang besar. “Namun, selama bertahun-tahun banyak yang telah belajar bahwa agar untung di negara ini membutuhkan permainan jangka panjang dan banyak kesabaran,” demikian kata Li.
Oleh karena itu, menurutnya Grab dan Sea dapat menggunakan kepemimpinan pasar dan bisnis yang lebih menguntungkan di negara lain untuk terus mendanai pertumbuhan mereka di Indonesia. “Sedangkan Tokopedia dan Gojek tidak memiliki kemewahan itu,” demikian dikutip.
Shopee Merambah Bisnis Pesan-Antar Makanan
Dari sisi bisnis pesan-antar makanan misalnya, Gojek kalah dibandingkan Grab. Momentum Works mencatat, nilai transaksi bruto atau GMV GrabFood US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 83 triliun pada 2020. Sedangkan GoFood hanya US$ 2 miliar atau Rp 28 triliun.
Grab pun menyumbang hampir setengah dari total GMV pesan-antar makanan di Asia Tenggara sepanjang tahun lalu, meski ada pandemi virus corona. Urutan kedua ditempati oleh startup asal Jerman, FoodPanda dengan US$ 2,5 miliar. Perusahaan rintian ini beroperasi di beberapa negara di regional.
“Total GMV pesan-antar makanan di Asia Tenggara naik 183% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 11,9 miliar pada tahun lalu,” demikian isi laporan, dikutip dari Tech In Asia, Selasa malam (12/1).
Kini, Sea Group merambah bisnis serupa dengan mengakuisisi Foody Corporation. Induk Shopee itu menyediakan layanan pesan-antar makanan dengan nama Now di Vietnam per Oktober 2020 lalu.
Di Indonesia, Shopee merekrut pengemudi pengantaran makanan di platform ShopeeFood sejak akhir tahun lalu. Berdasarkan laman resmi, Shopee mencari mitra yang memiliki surat izin mengemudi (SIM) yang masih berlaku dan berusia minimal 18 tahun.
Selain itu, mempunyai semua izin dan persetujuan berkenaan dengan kendaraan. Kemudian, tidak memiliki catatan kriminal di Indonesia atau yurisdiksi lain.
“Anda tidak boleh menghubungi pelanggan untuk tujuan selain yang berkenaan dengan layanan,” demikian dikutip dari laman resmi Shopee, Kamis (14/1). “Anda tidak boleh terlibat dalam kegiatan penipuan, menyesatkan, atau tipu daya.”