Masalah Iklim Mengancam Produktivitas Kelapa Sawit

Hari Widowati
6 Maret 2024, 19:23
Dampak krisis iklim seperti banjir, kekeringan, serta asap kebakaran hutan dan lahan memengaruhi produktivitas kelapa sawit melalui pergeseran musim panen hingga kematian tanaman.
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.
Dampak krisis iklim seperti banjir, kekeringan, serta asap kebakaran hutan dan lahan memengaruhi produktivitas kelapa sawit melalui pergeseran musim panen hingga kematian tanaman.

Ia mencontohkan masyarakat adat di Kasepuhan, Banten Selatan yang memiliki berbagai jenis varietas padi yang disesuaikan dengan berbagai musim. Mereka juga memiliki sistem prediksi awal musim tanam yang cukup baik yang tingkat akurasinya bahkan bisa menyaingi model prediksi kontemporer.

Hal ini sangat penting untuk memberikan masukan yang berharga bagi pemerintah. Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi sistem pertanian dibandingkan dengan menggunakan satu sistem yang sama untuk semua daerah. "Pada kenyataannya, setiap daerah memiliki keunikan dan kebutuhan tersendiri yang harus dipertimbangkan," lanjutnya.

El Nino Berakhir, La Nina Datang 

Sementara itu, Supari, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan El Nino diprediksi akan berakhir pada April 2024. Indikasi La Nina akan muncul pada semester kedua 2024.

"Tahun 2024 terdapat indikasi awal akan datang fenomena La Nina, yaitu mendinginnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur," ujar Supari.

Menurutnya, selama sepuluh tahun terakhir Indonesia lebih sering menghadapi iklim ekstrem baik El Nino, La Nina, maupun IOD (Indian Ocean Dipole). "Jika La Nina benar akan hadir pada 2024, musim kemarau akan terjadi dengan sifat lebih basah. Hal ini akan baik untuk tanaman padi karena air tercukupi. Namun, mungkin tidak cukup baik untuk tanaman hortikultura seperti sayuran dan cabai karena curah hujan berlebihan," katanya.

Oleh karena itu, masyarakat harus memahami informasi iklim ekstrem untuk mengurangi risiko dan dampaknya. Pemerintah perlu meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai literasi iklim, khususnya bagi petani yang sebagian besar terdiri atas generasi muda. "Sehingga mereka melek teknologi informasi, itu merupakan peluang untuk memberikan pemahaman pada setiap petani untuk mengurangi dampak risiko iklim ekstrem," ujar Supari.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...